Bila bicara tentang Mentawai, bagi yang hobi traveling akan ingat satu kata, yakni surfing. Kepulauan Mentawai memang salah satu syurga bagi para peselancar dunia. Tidak sedikit event berskala nasional dan internasional diadakan di sini.
Dari 10 ombak terbaik dunia, Mentawai termasuk di dalamnya. Ada sekitar 73 titik spot ombak di bagian Barat Mentawai yang dijadikan sebagai lokasi peselancar (surfer). Lebih separuhnya sekitar 50 spot merupakan kawasan eksklusif bagi peselancar.
Kegiatan surfing ini bisa diadakan sampai 3 kali setahun. Bulan April dan Agustus merupakan jadwal kegiatan yang sering diadakan. Ada dua lokasi favorit surfing di Mentawai ini yaitu, kawasan Maccaroni di Pagai Utara dan Lance’s Right di Pulau Sioban.
Hasil bumi mereka selama ini biasanya dijual kepada para pengepul. Tentu dengan harga jual yang murah. Kebanyakan para pengepul ini datang dari Padang, Sibolga dan Bengkulu. Tidak sedikit juga dari daerah lain.
Menurut informasi cerita dari saudara saya yang kebetulan sebagai pedagang di Mentawai (lima tahun terakhir) ini tepatnya di Kecamatan Pagai Utara, bisa dikatakan jarang dari warga lokal yang menjual langsung ke pasar atau sebagai distributor. Hanya bisa dihitung jari saja.
Akses jaringan telekomunikasi merupakan salah satu kendala utama. Begitu juga jarak tempuh yang jauh antar satu pulau ke pulau lainnya dalam mengumpulkan hasil rempah-rempah.
Selain dunia selancar, Mentawai juga memiliki daya tarik lain seperti taman bawah laut, hutan mangrove, pantai pasir putih, cagar biosfer dunia, flora dan fauna endemik, tato tertua di dunia dan keunikan budaya.
Bumi Mentawai juga dikenal dengan tradisi pengobatan“perdukunan” (Sikerei). Suatu cara tradisi yang unik dalam pengobatan dan memimpin dalam upacara adat. Tetapi ini bukan semacam pelet /santet.