Mondok adalah pengistilahan dari seorang pencari ilmu agama dan ilmu umum yang tinggal di pondok pesantren.Â
Melihat di kanal Youtube dan akun media sosial tidak cukup untuk menggambarkan betapa beratnya hidup di pondok.
Jauh dari keluarga dan menahan rindu saja sudah berat, bahkan dilan mencoba berkorban dengan rayuan "biar aku saja" agar milea tidak menderita didera nestapa kerinduan.
Saat ada masalah, walaupun ada pembimbing yang mencoba memfasilitasi bantuan untuk menyelesaikan permasalahanmu, semua tidak cukup, terlalu banyak beban yang harus diselesaikan sendiri daripada dimusyawarahkan, apalagi persoalan study yang kebanyakan pesantren menerapkan sistem wajib hafal.
Menghafal tidak bisa dibadali oleh orang lain.
Teman,ustadz dan keluargamu mustahil mengahafalkan Alfiyah Ibn Malik / Al Qur'an untukmu, kemudian disetorkan ke ustadz/Pak Kiai.
Adzan subuh belum berkumandang di pagi yang dingin kau setidaknya harus berselimutkan air wudhu yang membuat gigi atas dan bawahmu saling berselisih.
Masih ada banyak kegiatan memadati jadwal, seabrek pelajaran yang jumlahnya puluhan yang setia memaksamu pegal-pegal otot dan otak di setiap harinya.
Dari puluhan hingga ribuan teman yang membersamaimu di pondok, pasti ada saja yang mencoba menyenggol sedikit ego dan emosimu dengan dalih bercanda.
Berat kak, berat sekali mondok itu.
Syukurilah, Jika ada kerabat yang mau mondok, walau dengan kucuran air mata engkau melepasnya.
Wallahu A'lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H