Hampir sebagian orang beranggapan bahwasannya jurusan pendidikan matematika identik dengan kata “mengerikan, menakutkan, diluar batas”. Mengapa mereka menyatakan tersebut? Ya, karena mereka tidak suka dengan pelajaran matematika. Salah satu penyebab tidak suka dengan pelajaran matematika karena keterlambatan menghitung dalam konsep dasar, mengapa demikian? menurut hasil penelitian yang berjudul “kesulitan belajar matematika di sekolah dasar” ketidaksenangan terhadap matematika itu terdapat dari internal dan eksternal. Salah satu faktor eksternal yaitu, sejak kecil anak tidak dikenalkan kepada angka dan operasi perhitungan. Hal ini sangat mendasari bagaimana anak suka terhadap matematika. Pada dasarnya matematika seperti sebuah tangga, dimana tidak akan sampai ke puncak tangga jika tidak dilewati satu persatu, step by step dalam setiap tangganya.
Ketika anak masuk kedunia lembaga pendidikan formal, pada dasarnya anak diberikan materi tentang operasi perhitungan, namun daya serap anak berbeda. Terkadang pendidik hanya melihat sudut pandang anak yang memiliki daya serap yang cepat. Disinilah anak harus benar-benar menguasai operasi perhitungan sehingga mempunyai dasar menghitung yang kuat.
Ada yang menyebutkan bahwasannya matematika identik dengan kata “tantangan”. Sifat anak yang masuk ke dalam kategori tidak suka tantangan, anak tidak akan mau untuk mendalami matematika, hal ini merupakan faktor internal anak. Karena pada dasar sifat anak yang satu ini lebih memilih hidup tanpa adanya tantangan, terlepas dari berbagai banyak rumus. Terkadang seseorang mendapat kesulitan terhadap rumus karena dia mendapatkan metode yang belum terupdate atau penjelasan yang berbelit-belit.
Seseorang yang beranggapan bahwasannya matematika hanya sebatas angka dan rumus, anggapan itu semua kurang tepat. Sebenarnya matematika itu dibalut oleh kreativitas yang tinggi, terutama ketika seseorang memecahkan persoalan matematika, dibutuhkan berfikir secara kreatif dan inovatif untuk memecahkan masalah tersebut. Kreativitas adalah aspek penting dalam memecahkan masalah matematika dan dalam mengembangkan teori-teori baru. Tidak semua orang dapat menyadari hal ini.
Era 5.0 diguncang oleh teknologi yang sangat signifikan, dimana AI semakin banyak yang hampir memusnahkan manusia dari sumber pekerjaan. Namun, ada satu hal yang harus dicatat, yaitu tulang punggung dari teknologi adalah matematika. Baik dari segi pembuatan teknologi, keamanan data yang harus dijaga sampai kecerdasan buatan. Matematika mendukung penuh atas perkembangan revolusi digital yang terjadi di era 5.0.
Solusi dari permasalahan tersebut yaitu:
- Anak dibekali dengan ilmu arithmatika, dimana anak akan menguasai operasi perhitungan sehingga akan mudah ketika melanjutkan ke tahapan selanjutnya.
- Kelas yang ideal akan lebih intensif terhadap perkembangan siswa. Dengan jumlah yang ideal guru mampu menuntun siswa untuk membuat kesimpulan berdasarkan sifat – sifat yang telah dipelajari. Kekurangan-kerungan yang masih terdapat dalam diri siswa, guru wajib menanggapi sehingga siswa terpacu untuk mampu mendapatkan jawaban yang tepat.
- Guru dituntut untuk menyampaikan secara sistematis, alangkah baiknya bagi guru sekolah ditingkat dasar, guru yang memahami bidang matematika. Hal ini disebabkan karena matematika bukan hanya menuliskan angka dan rumus akan tetapi lebih mendalam lagi dalam berfikir kreativitas anak
- Anak yang pada dasarnya mempunyai banyak waktu di rumah menjadikan orang tua sebagai pendidik. Peran orang tua kepada anak agar menyukai terhadap matematika bisa dengan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika anak dikasih uang jajan, orang tua harus memberikan tanggung jawab secara disiplin maupun kreatif. Konteks memberikan tanggung jawab secara disiplin yaitu anak harus menjalankan amanah yang dikatakan orang tua terhadap apa yang diamanahi. Sedangkan konteks memberikan tanggung jawab secara kreatif yaitu ketika anak diamanahi baik berupa uang atau pun yang lainnya, anak harus mampu berfikir secara kreatif agar uang itu bisa dikelola dengan baik.
- Manusia tidak akan kehilangan pekerjaannya. Manusia yang dianugrahi mempunyai otak bisa menciptakan AI, dengan modal algorithma. Menguasai ilmu algorithma akan sangat menguntungkan di era 5.0.
Dengan demikian misteri dibalik pendidikan matematika dapat terungkap dan menemukan solusinya. Faktor internal dan eksternal yang menjadikan sebuah penyebab dan solusi dari misteri dibalik pendidikan matematika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H