Fenomena Jokowi mengubah style kepemimpinan dari gaya menjaga jarak dengan bawahan dan masyarakat menjadi pemimpin yang lebih dekat dengan masyarakat. Fenomena “blusukan” secara masif dan terencana membuat masyarakat kagum dan menyukai gaya ini. Gaya ini dianggap masyarakat lebih baik diterapkan karena dapat membuat masyarakat lebih dekat dengan pimpinannya. Selain itu, gaya ini dianggap lebih tepat karena dapat ‘menangkap’ langsung permasalahan dan keluh kesah dari masyarakat. Namun, apapun gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang pemimpin yang terpenting adalah permasalahan dapat diselesaikan dan harapan masyarakat yang terpenuhi.
Jokowi sudah meluluh lantakan tipe pemimpin yang menjaga jarak dengan yang lain sehingga fenomena Jokowi-Jokowi lainnya muncul. Fenomena pemimpin yang mengikuti gaya Jokowi atau baru melaksanakan gaya Jokowi bermunculan karena gaya ini dianggap dapat menarik simpati masyarakat dan berharap masyarakat akan memilihnya. Gaya Jokowi berdampak kepada popularitas bahkan eelektabilitas pemimpina atau calon pemimpin. Akan tetapi, kerja keras dan pengambilan kebijakan yang tepat jauh lebih penting daripada popularitas dan elektabilitas semu. Oleh karena itu, penting peningkatan kapabilitas dan kompetensi.
Banyak calon legislatif dan kepala daerah bahkan bakal calon presiden yang menerapkan gaya ‘blusukan’ Jokowi. Penerapan gaya ini diharapkan dapat meningkatkan popularitas dan elektabilitas sehingga diharapkan masyarakat dapat memilihnya dapat pemilu legistlatif, pemilihan kepala daerah, ataupun pemilihan presiden. Untuk Jokowi sendiri, ini adalah momentum untuk menjadi presiden pada pilpres 2014. Fenomena yang dibawa Jokowi dan sedang hits sekarang merupakan kartu trup yang dapat dimanfaatkan oleh PDI Perjuangan untuk memenangi pemilu dan pilpres 2014. Akan tetapi, Jokowi diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan Jakarta terlebih dahulu selama sisa periode kepemimpinannya.
Banyak calon presiden yang mengikuti gaya kepemimpinan Jokowi dapat menyebabkan eksistensi gaya ini menjadi berkurang atau redup beberapa tahun kedepan sehingga gaya ini tidak dapat menarik simpati dan meningkatkan popularitas dan elektabilitas calon pemimpin. Oleh karena itu, Jokowi now or not maju sekarang sebagai capres atau cawapres atau tidak untuk periode-periode kedepan karena presiden yang menang umumnya menangdua (periode) sehingga Jokowi dapat maju 2024. Namun, gaya kepemimpinan baru selama 10 tahun kedepan 2014 – 2024 akan muncul Jokowi kian redup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H