Dalam dunia sepak bola, masa depan seorang manajer bisa sangat bergantung pada hasil pertandingan dan sejauh mana tim dapat menunjukkan perkembangan yang diinginkan. Bagi Manchester United, salah satu klub paling ikonik di dunia, keputusan untuk memecat atau mempertahankan seorang manajer bisa menjadi titik balik yang sangat signifikan, yang tidak hanya mempengaruhi arah klub secara instan, tetapi juga mencerminkan keputusan jangka panjang yang bisa menentukan masa depan mereka. Salah satu manajer yang saat ini menghadapi sorotan tersebut adalah Erik ten Hag, yang telah mengarahkan tim sejak musim 2022.
Kepergian Ten Hag, jika benar-benar terjadi, akan menjadi momen besar dalam perjalanan pasca-Sir Alex Ferguson, dan bisa memunculkan berbagai dampak yang mendalam---baik dalam aspek taktis, mentalitas tim, dan tentu saja, hubungan klub dengan para penggemar. Namun, seberapa besar pengaruh kepergian Ten Hag? Apakah keputusan ini merupakan langkah mundur bagi Manchester United, ataukah sebuah langkah untuk memulai babak baru yang lebih baik?
Pencapaian di bawah Pelatih Ten Hag
Sejak bergabung dengan Manchester United pada musim panas 2022, Erik ten Hag membawa filosofi sepak bola yang sangat berbeda dibandingkan dengan manajer-manajer sebelumnya. Dari karakter permainan yang lebih terorganisir hingga penekanan pada penguasaan bola dan taktik yang lebih solid, Ten Hag berusaha membangun kembali identitas yang hilang di tim setelah era Ferguson. Pada awalnya, ia menghadapi tantangan berat---mulai dari ketidakteraturan di dalam tim hingga masalah kepercayaan diri yang melanda pemain-pemain kunci.
Namun, ada beberapa pencapaian yang patut diapresiasi selama kepemimpinan Ten Hag. Salah satunya adalah Piala Liga Inggris 2023, yang merupakan trofi pertama United dalam enam tahun. Selain itu, di musim pertama Ten Hag, United berhasil finis di posisi keempat Liga Premier, yang memastikan mereka kembali ke Liga Champions, setelah dua musim berturut-turut gagal masuk ke kompetisi tersebut.
Di sisi lain, meskipun ada tanda-tanda positif, banyak pengamat yang merasa bahwa Manchester United belum sepenuhnya menemukan konsistensi di bawah Ten Hag. Kekalahan-kekalahan yang mengejutkan, permainan yang terkadang terlalu rapuh di lini belakang, dan ketergantungan yang tinggi pada individu tertentu seperti Bruno Fernandes dan Marcus Rashford, menjadi masalah yang sering muncul. Penggunaan taktik yang terkadang terbaca oleh lawan, serta keputusan-keputusan kontroversial dalam pemilihan starting line-up, juga menjadi perhatian banyak pihak.
Dalam beberapa pertandingan penting, seperti kekalahan melawan tim-tim yang lebih lemah atau performa buruk di kompetisi Eropa, banyak yang merasa bahwa Ten Hag belum mampu mengatasi tantangan besar dalam menghadapi tekanan yang lebih besar. Ini tentu menjadi bahan evaluasi bagi para petinggi klub, yang tentu saja menginginkan lebih dari sekadar hasil positif jangka pendek, tetapi juga sebuah fondasi yang kokoh untuk masa depan yang lebih cerah.
Mengapa Ten Hag pergi: Ketidakpastian dan Di Kritik
Ketidakstabilan manajerial adalah salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh Manchester United pasca-Sir Alex Ferguson. Sejak pensiun Ferguson pada 2013, klub ini telah melalui lima manajer yang berbeda dalam waktu kurang dari satu dekade. Proyek-proyek besar yang sempat diharapkan oleh penggemar dan pengelola klub sering kali terganggu oleh ketidakstabilan dalam hal filosofi dan identitas tim. David Moyes, Louis van Gaal, Jos Mourinho, dan Ole Gunnar Solskjaer semuanya meninggalkan warisan yang bercampur, dengan sebagian besar tidak mampu memberikan konsistensi yang diinginkan oleh klub.
Salah satu alasan utama mengapa kepergian Ten Hag mungkin terjadi adalah ketidakmampuan untuk mencapai standar tinggi yang diinginkan oleh klub. Meskipun meraih trofi domestik dan kembalinya United ke Liga Champions adalah langkah positif, hasil-hasil yang tidak konsisten, performa yang tidak memadai di pertandingan-pertandingan besar, serta ketidakmampuan untuk menantang gelar Liga Premier secara nyata bisa menjadi faktor yang mendorong dewan klub untuk mengambil keputusan sulit.
Selain itu, ketegangan internal dalam klub juga bisa menjadi alasan. Sebagai manajer dengan filosofi yang sangat spesifik dan disiplin tinggi, Ten Hag kadang-kadang berkonflik dengan beberapa pemain yang tidak selalu cocok dengan pendekatan taktis dan mentalitas yang dibawanya. Kasus Cristiano Ronaldo, yang berujung pada pemecatan sang pemain, adalah salah satu contoh ketegangan yang terjadi antara Ten Hag dan bintang besar. Meskipun keputusan tersebut diterima banyak pihak, konflik-konflik semacam ini menambah lapisan ketidakpastian mengenai apakah Ten Hag bisa terus memimpin tim dalam jangka panjang.
Kepergian Ten Hag juga bisa dipengaruhi oleh perubahan kepemilikan klub yang sedang berlangsung. Manchester United tengah dalam proses peralihan kepemilikan, yang menambah ketidakpastian di dalam struktur manajerial. Dalam situasi semacam ini, pemilik baru mungkin ingin membawa manajer yang lebih sesuai dengan visi dan proyek baru mereka. Jika ini terjadi, Ten Hag bisa saja menjadi korban dari perubahan besar yang akan dihadapi klub.
Jika Ten Hag benar-benar pergi, dampaknya terhadap tim dan klub bisa sangat besar, baik dalam hal psikologis, taktikal, maupun administratif. Salah satu hal pertama yang akan terganggu adalah konsistensi tim. Setelah hampir dua tahun bekerja di bawah sistem yang diterapkan Ten Hag, pemain-pemain United tentu saja sudah mulai beradaptasi dengan filosofi yang diterapkan. Pergantian manajer yang mendalam dapat mempengaruhi dinamika tim, mengubah strategi permainan, dan bahkan bisa mengacaukan hubungan antara manajer baru dan pemain yang sudah merasa nyaman dengan pendekatan Ten Hag.
Di sisi lain, kepergian Ten Hag juga bisa membawa kesempatan untuk segar dalam pendekatan manajerial. Manajer baru mungkin datang dengan ide-ide segar yang bisa membawa perubahan positif, terutama dalam hal taktik dan pendekatan terhadap permainan. Dalam jangka panjang, sebuah perubahan manajerial yang tepat bisa saja membawa United kembali ke jalur juara, terutama jika manajer baru bisa membawa filosofi yang lebih sesuai dengan kondisi tim dan kemampuan mereka.
Namun, jika Manchester United terjebak dalam ketidakstabilan manajerial yang berkelanjutan, mereka bisa kembali ke masa-masa sulit yang pernah mereka alami pasca-Ferguson. Dalam hal ini, kepergian Ten Hag bukanlah solusi yang diinginkan oleh banyak pihak yang menginginkan kestabilan dan kesinambungan dalam proyek jangka panjang.
Jika Ten Hag pergi, salah satu pertanyaan besar yang muncul adalah siapa yang bisa menggantikannya? Mengingat besar dan prestise Manchester United, mereka membutuhkan manajer yang tidak hanya berpengalaman, tetapi juga mampu mengelola klub dengan filosofi jangka panjang yang sesuai dengan tradisi mereka.
Ada beberapa nama yang sering muncul dalam spekulasi pengganti Ten Hag, mulai dari manajer dengan pengalaman luas di Premier League hingga pelatih yang lebih berorientasi taktik dari luar Inggris. Nama-nama seperti Brendan Rodgers, Mauricio Pochettino, dan bahkan Luis Enrique atau Zinedine Zidane sering disebut-sebut sebagai calon pengganti potensial. Namun, memilih pengganti yang tepat bukanlah tugas mudah. Mereka harus mampu membawa filosofi yang bisa mengembalikan Manchester United ke jalur juara, tetapi juga menyeimbangkan ekspektasi besar dari penggemar, yang selalu menuntut lebih.
Kepergian Erik ten Hag dari Manchester United akan menjadi keputusan yang penuh risiko. Di satu sisi, meskipun ada hasil positif yang diraih, ada pula banyak tantangan yang belum terpecahkan di bawah kepemimpinannya. Ketidakstabilan performa, kesulitan dalam mengatasi tim-tim besar, dan ketegangan internal bisa menjadi faktor yang mendorong manajemen klub untuk mengevaluasi masa depannya.
Namun, perubahan manajerial yang terlalu cepat dapat membawa konsekuensi besar, terutama jika klub kembali terjebak dalam siklus ketidakstabilan yang sama. Mengganti Ten Hag tanpa strategi jangka panjang yang jelas bisa membuang fondasi yang sudah mulai dibangun. Jadi, apakah kepergian Ten Hag benar-benar keputusan yang tepat, ataukah akan menjadi langkah mundur bagi Manchester United? Itu adalah pertanyaan yang hanya waktu yang bisa menjawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H