Mohon tunggu...
rudin
rudin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tertarik pada seni dan sastra

sepertinya aku sudah tak ada waktu lagi.\r\ntapi untuk berubah aku belum terlambat.\r\nsemua terasa sangat menghimpit.\r\ndan harus bergerak bebas. (eksistensialisme)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tentang Lapar

3 April 2017   21:10 Diperbarui: 4 April 2017   15:33 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saat ku ingat lapar
Laparku lapar menggigil
Lapar Knut Hansum yang ciptakan "Lapar"

Saat ku ingat lapar
Laparku lapar kedai kopi
Lapar Sartre yang ciptakan "Mual"

Saat ku ingat lapar
Laparku lapar Zola
Lapar di Le Voreoux
Lapar tanpa ampun!

Saat ku ingat lapar
Laparku lapar Filipina, lapar bayonet terhunus
Lapar seorang martir (J. Rizal)

Saat ku ingat lapar
Laparku lapar orang terasing - orang terbuang
Lapar di Pulau Buru lapar "Bumi Manusia"

Laparku lapar yang memanggil, lapar yang meneriaki zaman kemakmuran, zaman gemilang, zaman merdeka, laparku lapar yang ciptakan kebencian bagimu, lapar yang memanggil namamu, lapar permadani, lapar penuh kegelisahan.
Laparku lapar gonggongan anjing, lapar pinggir jalan, lapar pasar, lapar terminal, lapar Mall, lapar nasi, lapar cabai, lapar daging, lapar telur, lapar ayam, lapar susu. Laparku lapar janji-janji, lapar tujuh turunan. Laparku lapar diam, lapar dinamit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun