*Merayakan cinta yang merekah(MERAH)
Kekasih, sajak ini aku tuliskan untukmu di saat senja hampir gelap, tetapi kau jangan cemas masih ada seberkas cahaya yang tertinggal yang juga belum terlelap di sana. Aku tau ternyata kau suka bermain di gelap juga sering suka teridur dengan sangat lelap. Aku tuliskan sajak ini juga untukmu saat aku sedang jatuh hati, aku terpikat pada sajakmu yang menawan.Â
Merayakan cinta dalam syair yang manis menjaga tangis, membuat aku terbang dan kehilangan arah. Sial, aku benar-benar jatuh barangkali ke dalam hatimu yang terjal. Tetapi jangan salah, perihal gelap, lelap, tangis pun  kehilangan, kau perlu menyadari bahwa mereka  mempunyai dunianya sendiri yang tak tak dapat kau selami. Sungguh ini pernyataan yang paling alami,  barangkali benar mereka mempunyai diri untuk kau temani atau sebaliknya mereka akan menemani ketika kau sedang sendiri bahkan saat kau sedang di rundung benci.
Sudahlah aku tak ingin berbicara tentang semuanya. Kau perlu tahu hal ini saja kekasih, aku pernah membencimu saat kau berkata, benarkah jatuh cinta dengan penyair itu adalah sakit yang sengaja kau rakit sendiri? Ini tanyamu dalam sepi bukan? Terlalu sulit untuk aku yang kadang kurang percaya diri. Aku akhirnya menyendiri, pergi  mencari jawaban atas pertanyaanmu itu; bodok!
aku benci, karena aku tak bisa menjawab degan pasti atas pertanyaanmu itu, tetapi kau perlu tahu ini; benci itu kemudian lamban laun membawa aku kepadamu. Benci, benar-benar cinta. Mungkin saja kau akan katakan begini; dasar liar, bangsat, buaya, suka gombal
aku tidak peduli. Bukankah begitu?
kau mungkin saja tersenyum melihat pun mendengar semua ini. Tersenyumlah kekasih, Â aku yakin dengan benar bahwa aku tidak akan selalu membuatmu tersenyum setiap saat,
paling tidak saat kau mendengar dan melihat ini kulum bibirmu mendebar lalu menebar senyum sama seperti isi dalam hatimu yang juga selalu berdebar ketika mendengar suaraku. Jangan kau menyakal, karena aku tahu akan hal itu.
Ini masih tentang pertanyaanmu yang lain, entalah apakah juga dalam sepi. Entalah aku tak tahu pasti. Apakah kita pantas merayakan cinta dengan bahagia? Aku merasa sedikit gelisah dengan pertanyaan ini. Tetapi aku tidak gelisah mengatakan ini padamu, kita pantas bahagia dengan sadar pun sabar tapi dengan kadar yang telah di atur oleh semesta dari Mahacinta.Â
Perihal Cinta, kau juga pantas mencintai pun dicintai. Tetapi aku pernah berkata padamu bukan? kau tidak tahu kepada siapa kau akan menjatuhkan cintamu. Itu benar bukan? Sekali lagi aku tak tahu dengan pasti. Tetapi begini saja; katakan kepadaku di mana ujung laut yang ingin kau temu? Â aku akan berlayar bersamamu dan kita menjadi tamu(special).Â
Kita akan berlayar jauh menuju senja yang hangat, kau pun harus tahu aku telah menyayangimu dengan sangat. Entah sampai kapan? bersama hangat senja kau setia memeluk duka, maafkan saja jika nanti aku membuatmu terluka. Â Ahhhh sudahlah. Aku tidak akan membiarkan kau memeluk luka dalam sepi itu sendirian.Â
Kalau saja kita bertemu aku akan membiarkan kau memeluk diri ini juga agar luka cemburu bahwa kau dan senja adalah hal yang selalu ku buru. Sungguh kita juga akan mebakar rindu yang selalu memburu sekian menyerbu, beribu-ribu. Kekasih hari ini kau boleh merayakan pertanyaanmu; kau boleh berbahagia merayakan cinta dengan resmi agar seluruh tanya dalam rinduku juga akan selalu bersemi.
Ruang Sunyi 24, 04, 24
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H