Cerbung Sudut pandang Bella Setiap orang punya grafik kehidupan naik turun, timbul tenggelam, terbang lalu jatuh ke liang curam. Rasanya hidupku tidak begitu. Grafik kehidupanku selalu datar aku pikir, kadang justru terlihat membosankan. Alur yang sama, itu-itu saja. Grafikku pernah naik dan turun, sepertinya Cuma satu kali dalam hidupku, saat Kesha mewarnainya dengan bermacam tinta yang dia bawa. Yach kanvasku kala itu berwarna-warni, tapi kini sudah kembali abu-abu. Sesekali memang berwarna, dan itu saat aku berkelana dialam bebas. Merasa tidak punya masalah, yang ada hanya rasa kagum akan Ciptaan-Nya dan rasa bersnyukur. Tapi begitu ruang kerja mengurungku lagi, bangku kuliah mengikatku lagi. Rasanya semua kembali tidak berwarna. Sore ini sama seperti kemarin, sepulang kerja, aku memilih kembali ke kontrakan kecilku, terdiam sendiri, memainkan musik dari laptop, lalu tiduran di lantai, semua lampu aku matikan, agar bintang di langit kamarku bersinar. Kadang aku tidak tahu apa yang sedang aku lakukan, pikiranku kosong, aku tidak sedang merindukan siapapun atau menginginkan apapun. Tapi kadang aku menangis, tanpa sebab. Seperti hanya sebuah pelepasan emosi yang nantinya akan mebuat aku kembali ringan. Entahlah, yang aku tahu, ritual ini bisa membuatku sedikit tenang.
Aku meraih ponselku, sudah lebih dari seminggu aku tidak mengaktifkannya, aku mengaturnya pada flight mode. Aku tergoda untuk menekan tombol aktif, tapi akhirnya aku memilih mengaktifkan kembali akun facebook dan membiarkan ponsel mati. Ku tuliskan sederet email dan password, aku baca sekilas status teman-temanku di beranda, mengamati orang-orang lebay yang mulai berkeluh kesah.
”Plung…plung….” Dua percakapan muncul di layarku, nama Ory’s Ben dan Dee Andromeida muncul disana. Ory’s Ben : “Kemane aje? Eike kangen tau sama ye” Dee Andromeida : “Jelek temenin gw, BT neh ” Bee L luck : ”abis masuk peti” Bee L luck : “Ga ah…ntar Rhey marah lagi”
Hasil akhir dari percakapan singkat memang kadang mengejutkan, akhirnya aku menyalahkan ponsel, mood-ku juga membaik, mengakhiri masa penyendirian. Sorenya aku putuskan jalan-jalan bersama Dee, dan malamnya aku janji menjenguk Ben di kafe.
-to be continue-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H