Saya adalah seorang ibu rumah tangga muda yang masih 3 tahun berumah tangga. Mulai awal berumahtangga saya telah sepakat bersama suami untuk tinggal bersama kedua mertua saya. Kata orang-orang, ketika kita tinggal seatap dengan mertua malah sulit memanajemen keuangan.Â
Sejauh ini, saya merasa tidak terlalu ada kendala. Rahasianya adalah saya tidak introvert.  Saya terbuka. Saya banyak sharing  dengan ibu mertua saya mengenai kebutuhan kami. Yang intinya bukan membuat pikiran mereka terbeban. Namun supaya kami saling memahami. Itu saja. Saya bersyukur memiliki mereka.
Kebutuhan yang paling mendasar dalam hidup kita adalah kebutuhan primer. Di tengah pandemi covid-19 yang sekarang sedang melanda, ketika kebutuhan primer telah terpenuhi rasanya sudah bersyukur sekali kepada Tuhan.Â
Tuhan masih melimpahkan berkat-berkatNya. Selain kebutuhan yang utama itu, tentunya masih saja hal-hal yang dianggap kecil namun memberikan dampak besar dalam kehidupan kita. Hal yang saya maksud adalah seperti pembayaran iuran listrik, iuran air PAM,kebutuhan kamar mandi, dan lain-lain.
Tentunya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu, selain memiliki manajemen keuangan yang baik kita juga harus bisa menghasilkan masukan-masukan tambahan. Nah, masukan apa yang kira-kira yang saya maksud? Yang saya maksud akan saya bahas.
Yang pertama, berkebun di pekarangan rumah. Memang sih bukan berkebun yang langsung menghasilkan incame yang besar. Yang saya kerjakan hanya yang sederhana saja.Â
Misalnya menanam tanaman muda yang dapat menunjang kebutuhan dapur. Misalnya sayuran, bawang pre, bawang batak. Itupun mesti mengandalkan pot dan polibag. Walaupun sedikit paling tidak sudah mengurangi biaya yang saya keluarkan saat belanja di pasar.Â
Selain itu, saya juga turut membantu mertua saya bekerja di kebunnya. Setidaknya ketika seharian bekerja, pulangnya membawa sayuran, ubi, andaliman (sejenis bumbu khas Batak), jeruk nipis, pisang, jeruk, tiung,markisa, alpukat, dll. Pulang dari ladang serasa pulang dari pasar. Setidaknya juga bisa mengurai pengeluaran.
Yang kedua, Memanfaatkan teknologi printer. Sebagai seorang guru tentunya printer adalah sebuah benda yang harus saya miliki. Bagimana tidak, semua perangkat pembelajaran saat ini harus dicetak sebagai bukti fisik.Â
Bukan seperti beberapa tahun lalu harus tulis tangan. Di tengah wabah covid-19 ini seluruh laporan para guru juga harus dicetak sebagai bukti fisik untuk diserahkan ke Dinas Pendidikan bahwanya guru tersebut memang bekerja dari rumah (Work From Home).Â
Guru-guru yang notabenenya sudah tua yang gaptek memberikan pekerjaannya untuk saya print. Bukan hanya guru-guru di sekolah saya, guru dari sekolah lain juga. Intinya, jaga relasi yang baik saja. Berkat pasti selalu menghampiri.