Mohon tunggu...
Fronika Simarmata
Fronika Simarmata Mohon Tunggu... Guru - Pendidik di SDN 175781 Saitnihuta

Lulusan dari Universitas Negeri Medan Tahun 2013

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar di Mana Saja dan Kapan Saja

15 Mei 2020   17:09 Diperbarui: 15 Mei 2020   17:34 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Belajar di mana saja dan kapan saja", menjadi sebuah kalimat yang cocok bagi kita di tengah wabah global yang kini sedang melanda. Bagaimana tidak? kita yang biasanya terikat oleh waktu dalam bekerja (khusus sekolah), kini tergantung kita bagaimana memanajemennya. 

Sebagaimana saya yang mengajar di pedesaan. Ketika Work From Home (WFH) dimulai, kebanyakan orang tua siswa kami membawa anak untuk bekerja ke ladang. Memang ada 3 orang yang dapat saya pantau belajarnya melalui aplikasi Whatsaap. Tapi itu belum bisa mawakili bahwa sebagai guru saya memantau belajar anak-anak saya. 

Melihat hal itu, saya berinisiatif untuk mendatangi siswa ke desa-desa. ketika sampai disebuah desa sebut saja desa A yang masih dekat ke lingkungan sekolah kami, saya masih menemui beberapa anak untuk saya ajari. Pergi ke desa B, pedesaan begitu sepi. ketika ditanya kepada warga, mereka bilang,"na lao do tu pollak halak i ibu" dalam bahasa Batak Toba yang artinya dalama bahasa Indonesia, anak-anak pada pergi ke ladang. 

Tentunya saya tidak langsung pulang. Saya anak salah seorang anak untuk mengunjunginya ke ladang. Sontak si anak berlari ntah ke mana saat melihat saya dari kejauhan.

"Aduh itu anak sudah ketakutan" pikirku tersenyum. Saya memanggilnya sembari menyodorkan permen tangkai yang sudah saya sediakan dari rumah. 

Saya memaklumi mimik wajahnya yang ketakutan karena tidak menyelesaikan pekerjaan yang saya berikan hari-hari sebelumnya. Saya memeluknya agar tidak merasa takut dan berusaha menenangkan. Saya ajak dia duduk di bawah sebuah pohon alpukat yang berada di perbatasan ladangnya dengan ladang sebelahnya. 

Saya buka buku yang saya bawa. Saya ajak dia membaca. Kita belajar bersama. Tak lupa juga saya ajak ibu dan ayahnya yang tengah beristirahat untuk duduk bersama kami. 

Saya pahamkan orang tua juga agar membantu anak-anak belajar di rumah. Sebab kami tidak bisa memantau memantau sepenuhnya seperti dulu. Orang tuanya mengangguk-angkuk tanda menerima masukan itu. semoga saja mereka merealisasikannya.

Maklum. Pemikiran orang tua di desa masih menitikberatkan pendidikan itu hanya pada guru. Padahal bukan hanya masa pandemi COVID-19 waktu mereka belajar di rumah lebih banyak dibandingkan sekolah. 

Pada masa belajar normal pun, sesungguhnya belajar anak di rumah lebih banyak. Inilah yang harus dipahamkan kepada orang tua. Mereka lupa bahwa keluarga adalah pendidikan pertama dan terutama pada anak. Jadi hal positif yang saya dapatkan di tengah wabah Covid-19 ini adalah saya lebih mengenali keluarga dan lingkungan sekitar anak-anak saya. 

Selalin itu yang tidak kalah penting adalah saya banyak sharing dengan orang tua siswa tentang perkembangan anak-anak saya. Semoga mereka terus menerus memantau anak-anak dalam pendidikannya. Sehingga hal yang takutkan tentang pendidikan di tengah wabah ini tidak terjadi. Salam hangat edukasi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun