Ia mulai bersahabat dengan rokok sejak Ibunya meninggalkannya dan ayahnya karena sakit akibat kelaparan. Rokok baginya ibarat makanan sehari-hari. Tidak makan apa-apa tidak masalah asalkan masih bisa mengisap rokok. Jangankan nasi, terpikir bisa memiliki beras saja sama sekali tidak.
Sudah kali ke lima musim puasa ia dan ayahnya mengandalkan sebatang demi sebatang rokok untuk berbuka dan sahur. Semenjak batu yang direbus Ayah tak kunjung matang. Lebaran masih lama, pikirnya.
Ia juga tak pernah mengerti dari mana ayahnya memiliki pikiran untuk merebus batu yang dipungutnya dari kali selepas menuntaskan kegiatan menunaikan hajatnya tiap pagi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI