Mohon tunggu...
Afriza Aziz
Afriza Aziz Mohon Tunggu... Freelancer - The Master of Your Ceremony

I am on the ocean.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Dongeng untuk Dugong

28 Mei 2018   22:20 Diperbarui: 28 Mei 2018   22:41 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dugong masih diburu hidup-hidup dan dagingnya dikonsumsi, padahal sudah dilindungi oleh Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Tau lamun, gak?

Dugong?

Hm. Saya pribadi, tahu lamun dan atau dugong itu sewaktu mengikuti mata kuliah biologi laut pas awal kuliah. Setelah itu saya juga akhirnya tahu bahwa seagrass dan seaweed adalah dua hal berbeda. Bersyukur rasanya bisa menulis artikel ini. Setidaknya, saya mencoba berbagi ilmu, biar kita sama-sama jadi tahu tentang lamun dan dugong serta peduli akan kelestariannya.

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki anugerah tiada tara dengan keanekaragaman hayati yang dimiliki, tidak hanya di darat, terlebih penting ialah di lautan. Satu diantara anugerah tersebut adalah ekosistem lamun. Ekosistem ini memang belum populer seperti ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang. Padahal, ketiga ekosistem tersebut merupakan rangkaian ekosistem yang mampu menyeimbangkan kelestarian kehidupan di lautan.

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga yang tumbuh membentuk padang rumput ("padang lamun") di dasar perairan laut yang dangkal. Padang lamun berkontribusi sebagai penyerap dan penyimpan karbon, sehingga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca penyebab perubahan iklim. Ekosistem lamun adalah satu sistem (organisasi) ekologi padang lamun yang di dalamnya terjadi hubungan timbal balik antara komponen abiotik (air dan sedimen) dan biotik (hewan dan tumbuhan). Fungsi lamun diantaranya ialah untuk menyaring limbah dan menjaga kualitas air laut, melindungi pantai dan area pesisir dari abrasi, serta yang terpenting ialah menjadi rumah dan tempat pengasuhan dan mencari makan bagi banyak biota laut, seperti Dugong.

Dugong (Dugong dugon) atau biasa dikenal dengan sebutan Duyung merupakan salah satu dari 35 jenis mamalia laut di Indonesia, dan merupakan satu-satunya satwa ordo Sirenia yang hidup pada habitat lamun. Makanan utama dugong adalah lamun. Dugong menggunakan padang lamun sebagai habitat untuk mencari makan (Marsh et. al., 1977; Lanyon et. al., 1989; Pren, 1993).  Menurut hasil penelitian, lebih dari 90% isi perut dugong terdiri dari lamun. Sisanya adalah beberapa jenis algae (seaweed) (Marsh, 1982). Dugong lebih menyukai spesies lamun dengan kadar nitrogen yang tinggi (Lanyon, 1991), rendah serat dan berkalori tinggi (De Iongh, 1996).

4-5b0c0db1f1334472ca4cf994.png
4-5b0c0db1f1334472ca4cf994.png
Pada saat makan, dugong akan lebih banyak menggunakan lubang hidung serta bibirnya dari pada sirip dada untuk menggali lumpur atau mencabut akar lamun. Lumpur yang melekat pada tanaman lamun dibersihkan dengan cara menyemburkan tanaman itu sejenak lalu ditelan. Sebagai mamalia laut, keberadaan dugong begitu penting bagi ekosistem padang lamun. 

Adanya dugong menandakan wilayah perairan tersebut subur. Ini dikarenakan dugong berperan dalam membantu siklus nutrien di alam, terutama saat ia mengaduk substrat ketika memakan lamun, begitu pula dengan hasil ekskresi yang dikeluarkannya. Pada kenyataannya, dugong masih diburu hidup-hidup dan dagingnya dikonsumsi, padahal sudah dilindungi oleh Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Kondisi seperti ini sangat mengenaskan. Betapa tidak, dugong juga termasuk sebagai salah satu hewan yang terancam punah.

Selain pengetahuan masyarakat yang masih minim, beberapa hal berikut menjadi pemicu sebab buruknya kondisi kehidupan dugong.

1-5b0c0f805e137323cf5e48d3.png
1-5b0c0f805e137323cf5e48d3.png

2-5b0c0f8b5e1373532a57e412.png
2-5b0c0f8b5e1373532a57e412.png
Kini, sudah saatnya padang lamun dianggap penting bagi manusia dalam berbagai aktivitasnya. Kontribusi kita semua dalam melestarikan padang lamun untuk kelestarian laut di Indonesia sangat diperlukan. Melestarikan lamun berarti menyelamatkan dugong. 

Lantas, cara apa yang bisa kita lakukan? Ada banyak!



Atau, bisa juga dengan beberapa poin berikut:

1. Pelajari dan sebarkan informasi tentang dugong dan lamun untuk meningkatkan kepedulian orang-orang di sekitar;

2. Laporkan kematian dugong dan pencemaran di padang  lamun ke aparat setempat;

3. Hindari membuang sampah sembarangan; 

4. Dukung upaya konservasi Pemerintah Indonesia, salah satunya melalui DSCP Indonesia, serta dengan  menghindari membeli bagian tubuh dugong yang mentah atau pun yang telah diolah;

5. Bagikan dan laporkan kepada Dugong and Seagrass Conservation Program (DSCP) Indonesia terkait cerita, foto, dan video tentang dugong dan lamun;

6. Pantau informasi dan ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan di fanpage DSCP Indonesia (www.facebook.com/dscpindonesia);

7. Sebarkan informasi tentang dugong dan lamun dari DSCP Indonesia sebanyak-banyaknya ke jejaring  media sosial yang dimiliki.

Selain hal diatas, ada satu cara lagi yang dapat kita lakukan untuk menyelamatkan dugong dan habitatnya, yaitu edukasi sejak dini. Menurut hemat saya, edukasi mengenai dugong wajib dilakukan sedari dini. Hal ini didasari atas pengalaman pribadi, sih. Jika saja saya sudah pernah tahu tentang dugong sedari saya SD, pasti sewaktu kuliah saya sudah tidak asing dengannya. 

Edukasi ini juga penting mengingat tidak semua wilayah perairan dangkal di Indonesia merupakan habitat yang baik bagi dugong. Bagaimana kita akan tahu kalau pantai di dekat rumah kita ada lamunnya?

Edukasi tersebut dapat diaplikasikan dalam beragam bentuk, Dongeng untuk Dugongmisalnya. Sebuah kampanye untuk mengenalkan dugong dan ekosistem lamun kepada khalayak ramai. Dongeng untuk Dugong dapat menjadi sarana pendidikan karakter wawasan kelestarian lingkungan bagi kalangan usia dini dan remaja. Dongeng untuk Dugong dapat dikemas dalam bentuk roadshow boneka dugong untuk mengenalkan cerita-cerita dongeng menarik tentang dugong dan rumahnya. 

Bagaimana kira-kira? 

Menarik ga sih kalau dugongnya jadi pelakon dongeng? 

Dia pasti akan punya banyak teman, deh. :)

Sumber: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun