Padahal mereka juga sama menderitanya seperti para buruh perempuan. Mereka harus melayani kemauan tuannya, bekerja siang dan malam, Â sampai mendapat penghinaan sebagai perempuan murahan.
Ketika Jepang berkuasa konsep gundik atau perempuan simpanan dihapus. Berganti metode  menjadi Jugun Ianfu. Perempuan-perempuan saat itu dieksploitasi secara seksual. Dipaksa untuk melayani nafsu biologis tentara Jepang.
Para tentara itu akan mengambil paksa anak-anak perempuan, yang sudah mendapatkan haid pertamanya, dari rumah orang tua mereka. Namun, tak sedikit keluarga yang rela menyerahkan anak perempuannya untuk dijadikan Jugun Ianfu.
Bagaimana Memutus Mata Rantai KDRT?
Bahkan KDRT pun telah  melalui sejarah yang amat panjang. Seseorang pernah berkata bahwa bertahan atau tidaknya sebuah bangsa dilihat dari keluarga karena keluarga adalah fondasi dasar bagi ketahanan sebuah bangsa. Meskipun hanya bagian terkecil, namun keluarga tetap menjadi penentu bangsa.
KDRT yang memiliki sejarah panjang dan menahun itu merupakan ancaman bagi keutuhan sebuah keluarga. Ayah dan ibu bertengkar sepanjang waktu. Anak-anak ketakutan saat melihat ayah mereka mulai  memukul ibu.  Keluarga menjadi tercerai berai. Bukan tidak mungkin anak-anak menjadi trauma dan bisa bertindak seperti orangtua mereka kelak.
Maka, sesulit apa pun itu, mata rantai KDRT harus dihapus. Mendalami karakter masing-masing pasangan sebelum menikah adalah salah satu cara untuk mencegah kekerasan dalam rumah tangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H