Pohon-pohon Natal mulai dihias, lagu-lagu Natal bergema, perayaan-perayaan Natal, jalanan dan tempat-tempat umum sudah dihiasi dekorasi Natal.
Salah satu ikon Natal yaitu Sinterklas menjadi bagian penting dari tradisi Natal. Kaus kaki akan diletakkan di depan pintu rumah dan keesokan paginya kaus kaki tersebut terisi hadiah dari Sinterklas yang datang dengan mengendarai kereta rusa.
Di Eropa, ada banyak sekali tradisi menyambut Natal. Salah satunya adalah Perayaan Sinterklas yang jatuh pada 6 Desember.
Di Belanda, perayaan Sinterklas dirayakan setiap tanggal 5 Desember. Menurut kabar yang beredar, Sinterklas akan datang ke kota-kota di Belanda untuk memberikan hadiah Natal pada anak-anak.
Saat itu, bunyi lonceng gereja akan dibunyikan pertanda Sinterklas sedang dalam perjalanan. Anak-anak akan menunggu sambil bermain dan makan kue.
Tradisi tersebut terus berlanjut bahkan saat Belanda menjajah Indonesia. Perayaan Sinterklas selalu  diselenggarakan dengan meriah dan penuh sukacita di negeri jajahan,  setidaknya hingga 5 Desember 1957 . Saat itu, orang-orang Belanda tidak boleh lagi  menyelenggarakan Perayaan Sinterklas dan harus angkat kaki dari Indonesia.
Meruncingnya Konflik Indonesia Belanda
Konflik Indonesia- Belanda yang menahun dan berlarut-larut mencapai puncaknya ketika KMB (Konferensi Meja Bundar) ditandatangani. Harapannya, KMB bisa menjadi semacam akomodasi bagi pertikaian di antara kedua negara tersebut.
Beberapa hal yang disepakati dalam perjanjian tersebut, yaitu Indonesia berbentuk RIS, status  Irian Barat diselesaikan dalam waktu satu tahun, Indonesia menanggung hutang Belanda,  dan dibentuknya APRIS.
Walaupun perjanjian KMB telah disepakati, namun  bukan berarti masalah Indonesia dengan Belanda lantas berakhir begitu saja.
Pasalnya, masih ada Irian Barat yang status kepemilikannya belum jelas.Â