Mohon tunggu...
Frita Delfiana
Frita Delfiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya merupakan pribadi yang tegas.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bentol-bentol pada Kulit Sapi, Waspada LSD

1 Juni 2024   20:44 Diperbarui: 1 Juni 2024   20:52 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pirbright.ac.uk/news/2017/07/news-feature-emergence-lumpy-skin-disease-europe

Beberapa bulan menjelang hari raya idul adha banyak masyarakat berbondong-bondong ingin membeli hewan ternak untuk dijadikan hewan kurban. Hal tersebut tentu tidak lepas dari wabah penyakit ternak yang menjadi keresahan tersendiri bagi masyarakat. Dengan demikian ada beberapa hal yang perlu masyarakat ketahui mengenai kondisi ternak yang akan dibelinya apalagi syarat sah dari ternak yang akan dijadikan hewan kurban adalah sehat dan tidak cacat.

Lumpy Skin Disease atau yang biasa dikenal sebagai LSD merupakan penyakit endemis yang pertama kali ditemukan di Afrika pada tahun 1929. LSD di Indonesia pertama kali dilaporkan di kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau pada tahun 2022. Sehingga pada saat 6 bulan sebelum Idul Adha 2023 lalu di salah satu distrik di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat dilakukan penelitian mengenai perkembangan penyakit LSD. Dan ditemukan bahwasannya LSD menyebar di 82 desa dengan prevalensi 10,83% temuan kasus.

LSD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Capripox dari famili Poxviridae dengan gejala klinis yang spesifik dengan munculnya nodul pada kulit hingga mengakibatkan lubang yang dalam pada otot sapi. Virus ini menginfeksi sapi dan juga kerbau rawa dengan tingkat mortalitas yang terbilang cukup rendah, namun tingkat mordibitasnya tinggi. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan kasus LSD di kabupaten Cirebon dengan tingkat kesembuhan yang signifikan sebagai respon dari upaya pengobatan yang dilakukan.

LSD ditularkan melalui vektor serangga sepertri aedes aegypti, caplak boophilus, blue tick, brown ear tick, bont tick dan spesies lalat stomoxys calcitrans, stomoxys sitiens, stomoxys indica. Namun selain vektor lsd juga dapat ditularkan melalui intra-uterine yang diduga ditularkan induk yang terinfeksi ke anak sapi melalui sekresi susu dan kulit yang luka.

Gejala klinis yang ditimbulkan dari LSD adalah demam, tidak nafsu makan, menurunnya produksi susu, ingusan, hipersalivasi, depresi, dan timbul nodul yang dimana nodul ini akan nekrosis dan menyebabkan sitfast (lubang dalam pada kulit). Pada sapi jantan LSD akan menyebabkan infertilitas permanen ataupun sementara. Sedangkan pada sapi betina LSD menyebabkan abortus dan infertilitas sementara.

Pencegahan dan pengendalian penyakit dapat dilakukan melalui vaksinasi untuk sapi-sapi sehat, desinfeksi kandang sapi, monitoring ternak baru, pengawasan dan sosialisasi kepada peternak mengenai LSD. Hingga saat ini belum tersedia obat/ antivirus spesifik untuk LSD. Terapi yang dapat diberikan adalah terapi supportif dan pengobatan untuk lesi kulit. Antibiotik dapat diberikan untuk mencegah infeksi sekunder dan pneumonia. Selain itu obat anti inflamasi dapat diberikan untuk mengurangi rasa sakit sehingga ternak terinfeksi tetap mau makan.

Pemeriksaan hewan kurban penting untuk dilakukan agar mengetahui kondisi kesehatan hewan, salah satunya pemeriksaan LSD ini. Sehingga dalam mempersiapkan hewan untuk kurban pemilik hewan dapat lebih memperhatikan kondisi dari hewan itu sendiri supaya dapat memberikan yang terbaik sewaktu berkurban di hari idul adha.

DAFTAR PUSTAKA

Murti, N. T., Safitri, E., Srianto, P., Madyawati, S. P., & Rofikoh, A. R. (2024). Prevalence and progression of Lumpy Skin Disease cases in cattle over the six months leading up to Eid al-Adha in

Sendow, I., Assadah, N. S., Ratnawati, A., Dharmayanti, N. I., & Saepulloh, M. (2021). Lumpy Skin Disease: Ancaman Penyakit Emerging Bagi Kesehatan Ternak Sapi Di Indonesia. WARTAZOA. Indonesian Bulletin of Animal and Veterinary Sciences, 31(2), 85-96.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun