"Apa sih masalahnya..aku suka memanggilmu dengan nama itu..ya sudahlah.." tukas Prayoga dengan sumringah dan dengan cuek bebeknya.
"Tet..aku mau serius neh..dengarkan aku sekali ini saja" Prayoga memperbaiki posisi duduknya..menatap wajah gadis itu lekat lekat.
"Aku serius memikirkan ini akhir akhir ini..mungkin kalau kita bersama, belum tentu kamu bahagia dengan ku dan belum tentu aku bahagia dengan mu. Kalau kita memang jodoh pasti Allah tidak perlu susah payah untuk menikahkan kita bertahun tahun yg lalu. Tapi kan itu tidak terjadi!!. Â Coba lah lihat ke depan. Kamu pengen jadi penulis yang baik..yang hebat..dengan sumbangsih pikiran pikiranmu yang bisa mencerahkan orang orang..do it, girl!!. Kejar mimpi mu itu. Jangan terperangkap kisah usang kita. Its done already. "
Butet memandang wajah itu dengan serius.
"Itu dari hatimu, Yo??" dia seperti menyelidiki dan menanti kepastian dan Prayoga mengangguk dengan kuat.
"Selamat Ulang tahun, Butet. Aku harus pergi..tidak elok kita merayakannya bersama. ." Prayoga beranjak dari duduknya..Dia mengulurkan tangannya. Butet hanya termangu.
Gadis itu pun terbangun..
"Masyaallah, aku bermimpi.." Butet mengucek matanya. Jam 12 kurang beberapa detik di jam dindingnya. Butet membuka jendela kamarnya. Terlihat langit cerah dengan bintang bertaburan.
"Aku tadi mimpi lagi.." hela nafas Butet.
Tiba tiba dia melihat susunan bintang bergerak membentuk huruf "Selamat Ultah, Butet"..dia mengucek matanya..tapi susunan huruf itu seperti merangkai kalimat itu. Butet menghirup udara malam sepenuh dada, dia merasa ucapan itu hadiah dari Allah yang Maha Melihat..menghibur hatinya yang gulana. Dia mengusap air mata yang tanpa disadarinya sudah menggenang.
"Selamat Ulang tahun juga, Yo.. tidak mungkin aku lupa ulang tahunmu..tapi aku tidak bisa ucapin.. aku tidak sebebas merpati lagi  seperti dulu..dan kamu juga..aku sadar hal yang terbaik saat ini..ini air mata pamungkas ya, Yo.." Butet menghapus air matanya.