Mohon tunggu...
Friska Indah Mauludiba
Friska Indah Mauludiba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Every strike brings me closer to the next home run.

Content Writer

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Haus Akan Validasi: Dampak Psikologis dari Pengejaran Pengakuan di Media Sosial

27 Mei 2024   16:12 Diperbarui: 27 Mei 2024   16:33 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Platform seperti Instagram, Facebook, dan Twitter memungkinkan kita untuk berbagi momen, berinteraksi dengan teman dan keluarga, serta membangun jaringan profesional. Namun, di balik manfaat ini, muncul fenomena yang semakin mengkhawatirkan: haus akan pengakuan. Pengejaran validasi di media sosial telah menjadi sumber tekanan psikologis yang signifikan bagi banyak individu.

Mengapa Kita Haus Akan Pengakuan?

Pengejaran validasi di media sosial dapat ditelusuri kembali ke kebutuhan dasar manusia untuk diterima dan diakui oleh orang lain. Dalam psikologi, teori Maslow tentang hierarki kebutuhan menyatakan bahwa setelah kebutuhan fisiologis dan keamanan terpenuhi, manusia mencari cinta dan rasa memiliki. Media sosial menawarkan platform di mana kebutuhan ini dapat dipenuhi secara instan melalui likes, komentar, dan pengikut.

Namun, ketergantungan pada validasi eksternal ini dapat menjadi pedang bermata dua. Sementara pengakuan dapat memberikan kepuasan sementara, ketidakhadirannya dapat menyebabkan perasaan tidak berharga dan kecemasan.

Dampak Psikologis dari Pengejaran Validasi

1. Kecemasan dan Depresi

Salah satu dampak psikologis utama dari pengejaran validasi di media sosial adalah peningkatan tingkat kecemasan dan depresi. Studi menunjukkan bahwa individu yang sangat terlibat dalam media sosial cenderung mengalami tekanan emosional yang lebih tinggi. Ketika postingan tidak mendapatkan jumlah likes atau komentar yang diharapkan, perasaan penolakan dan keraguan diri dapat muncul, menyebabkan kecemasan dan depresi.

2. Penurunan Harga Diri

Harga diri yang sehat berasal dari penilaian internal yang positif tentang diri sendiri. Namun, ketika seseorang bergantung pada pengakuan eksternal untuk merasa berharga, harga diri mereka menjadi rapuh. Setiap kali ekspektasi sosial tidak terpenuhi, harga diri mereka mengalami penurunan. Hal ini dapat menciptakan siklus ketergantungan yang merusak, di mana individu terus mencari validasi untuk merasa baik tentang diri mereka sendiri.

3. Perbandingan Sosial

Media sosial mendorong perbandingan sosial yang konstan. Individu sering membandingkan kehidupan mereka dengan orang lain berdasarkan postingan yang mereka lihat. Namun, apa yang sering terlupakan adalah bahwa media sosial hanya menampilkan momen-momen terbaik, bukan gambaran keseluruhan dari kehidupan seseorang. Perbandingan yang tidak realistis ini dapat menyebabkan perasaan tidak cukup baik dan mengurangi kepuasan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun