Salah satu isu lingkungan terbesar di Indonesia saat ini adalah mikroplastik yang merupakan partikel plastik kecil dengan diameter kurang dari 5 mm. Pervasifnya di darat, laut, dan bahkan udara memiliki efek merugikan pada biokimia ekosistem dan kehidupan seperti yang kita kenal. Mikroplastik dapat berasal dari sejumlah sumber, seperti pada fragmen plastik besar ketika puing-puing plastik dibuang ke lingkungan secara bertahap terurai menjadi potongan-potongan kecil, produk untuk kebersihan pribadi yang memberikan efek tekstur dan abrasif pada pasta gigi, pencuci muka, dan kosmetik dan ban pada kendaraan: Ketika ban pada kendaraan bergesekan dengan aspal, partikel plastik kecil dibuat yang terbawa angin.
Mikroplastik memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan berbagai unsur biokimia lingkungan yang mengarah pada penyerapan polutan sebagai salah satu hasilnya. Mikroplastik memiliki kemampuan untuk menyerap kontaminan berbahaya termasuk logam berat dan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) seperti spons. Setelah terkonsentrasi dalam rantai makanan, kontaminan ini dapat membahayakan makhluk hidup. Selanjutnya, gangguan rantai makanan. Plankton dan hewan laut besar adalah salah satu organisme yang dapat menelan mikroplastik. Mikroplastik berpotensi mengganggu penyerapan nutrisi, menghambat pencernaan bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Dampak mikroplastik terhadap manusia dan hewan menunjukkan adanya kemungkinan risiko, termasuk masalah kesehatan. Mikroplastik dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui penghirupan udara yang terinfeksi mikroplastik atau melalui konsumsi makanan laut yang terkontaminasi. Berbagai masalah kesehatan, seperti peradangan, kerusakan sel, dan bahkan kanker, dapat disebabkan oleh mikroplastik. Sistem reproduksi hewan kemudian dapat terpengaruh dan bahkan ada kekhawatiran hal ini juga dapat berdampak pada manusia. Selain itu, mikroplastik dapat mengganggu perkembangan anak dan janin yang dapat mengakibatkan masalah neurologis dan kognitif. Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan beralih ke alternatif yang lebih ramah lingkungan seperti tas kain dan botol minum yang dapat digunakan kembali, meningkatkan sistem pengelolaan sampah untuk menghentikan sampah plastik bocor ke lingkungan, dan melakukan lebih banyak penelitian hanyalah beberapa dari upaya kolektif yang telah dilakukan. akan diperlukan untuk mengatasi masalah mikroplastik. Selain meningkatkan kesadaran masyarakat akan risiko mikroplastik dan mendorong cara hidup ramah lingkungan, penelitian mengenai dampak mikroplastik terhadap biokimia lingkungan dan kehidupan masih terus dilakukan. Dampak jangka panjang mikroplastik terhadap biokimia lingkungan dan kehidupan di bumi menjadikannya sangat memprihatinkan. Untuk meminimalkan emisi mikroplastik, memurnikan lingkungan yang terkontaminasi, dan menjaga kesehatan manusia dan hewan, diperlukan upaya yang terkoordinasi dan gigih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H