Perkenalkan, saya Friska (23). Saya adalah guru yang mengabdi di sebuah sekolah terpencil yang terletak di Desa Wae Wako, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat.
Meskipun banyak rintangan yang saya lalui, tetapi saya memaknai semua hal sebagai sebuah kekonkretan cinta (memberi dari kekurangan) sehingga apapun yang terjadi warnai dengan cinta.
Desa Wae Wako terletak di kecamatan Lembor. Desa tersebut kurang lebih dapat ditempuh dengan kisaran waktu empat jam dari kota Labuan bajo, ibu kota kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur.Â
Untuk sampai pada desa tersebut tidaklah mudah, melainkan harus melewati jalan yang sangat rumit, dengan kondisi jalanan yang kurang memadai.
Dengan kondisi tersebut, tentunya keadaan pendidikan di desa Wae Wako sangat memprihatinkan, terutama dari segi sarana dan prasarana.Â
Pada awal tahun 2019 kemarin, saya mengabdikan dirinya dan membagi ilmunya untuk mengajar di SMP Negeri 4 Lembor di kecamatan Lembor.
Sekolah tersebut dikatergorikan sekolah SM-3T. Untuk bisa sampai di sekolah, saya harus berjalan kaki dan menyebrangi sungai kecil, karena akses jalan di desa itu masih sangat terbatas.
"Masih jauh dari yang diharapkan, ke sekolah menyebrangi jembatan, dan kali besar".Â
Hal tersebut tentu tidak menjadi halangan bagi saya untuk tetap berjuang. Kondisi pendidikan
Di desa Wae Wako begitu banyak kisah-kisah klasik yang saya temui.
Kisah-kisah yang tentunya sangat berbeda dengan yang saya temui di sekolah-sekolah di kota-kota besar. Dari segi kekreatifan untuk meningkatkan potensi siswa masih sangat minim.
Begitu juga dengan metode-metode belajar yang masih kurang, sarana, ketersedian buku, kegiatan-kegiatan siswa yang mendukung potensi siswa itu sendiri.