Mohon tunggu...
Friska Ayu
Friska Ayu Mohon Tunggu... -

nothing special...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ngapain (susah-susah) punya mimpi?!

5 Mei 2011   07:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:03 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi pilot… Jadi astronot… Dokter… Artis ngetop… Diva… Dosen, Presiden, Polisi, Tentara, Profesor…. dan sebagainya… ialah berbagai jenis cita-cita yang biasa diucapkan manusia ketika duduk di bangku Sekolah Dasar atau mungkin TK. Manusia banyak yang senang bermimpi besar, berkhayal bahwa dirinya suatu saat akan menjadi seperti yang dia impikan. Keren yah kayaknya punya mimpi itu? tapi sebenernya enggak juga loh, sekarang, ngapain sih kita susah2 punya mimpi, susah2 usaha buat bikin mimpi itu terwujud, susah2 bangkit  kalo suatu saat kita jatuh dalam perjalanan menggapai mimpi itu? coba dipikir lagi, kalo seandainya kita gak punya mimpi kan enak? gak usa capek2 usaha kan? makan-tidur-mandi-nonton tivi-nyemil-jalan2-tidur lagi dan seterusnya wis pokoknya hidup santai ajalah tanpa susah2 mikir yang namanya mimpi TAPI (saya ulangi lagi ah..) TAPI (liat, kali ini hurufnya pake di-bold) TAPI KAN HAMPA !!! Yup, hampa, cuma 5 huruf sih, tapi efeknya besar. Ketika kita gak punya mimpi, maka hidup terasa hambar, ya mirip2 sayur asem tanpa asem, Doraemon tanpa kantung ajaib, pisang goreng tanpa tepung, atau Dora tanpa peta gitulah…hehehe. Jadi, itulah kenapa manusia banyak yang suka bermimpi, baik itu mimpi besar maupun kecil, karena semua mimpi itu sama saja, semuanya berasal dari keinginan kita untuk masa depan yang lebih baik. Jadi, seterjal apapun jalan menuju mimpi itu, ketika manusia sudah yakin akan mimpinya, maka apapun rintangannya, hajar….. Oia, Ada hal lain yang bisa saya analogikan juga loh sehubungan dengan mimpi ini. Teringat sebuah quote di dorama favorit saya

If we were just normal friends,that would’ve been better. Falling deeper and deeper in love with someone. We would be hurt more and more. Even so, people will still fall in love right? -H2-

Huum, percaya atau enggak, tapi 98% orang dari 100% orang yang saya kenal pasti ketika ia mengalami sindrom jatuh hati maka isinya gak pernah seneng2 melulu, malah kadang isi curhatannya yang sedih2 aja. Sama kan dengan ketika kita bermimpi? ketika kita bermimpi, maka gak ada jaminan 100% bahwa kita bisa meraih mimpi tersebut, namun meskipun tau begitu, kita toh tetap saja masih ngotot bermimpi. Sama dengan ketika orang jatuh cinta, dimana resikonya sudah teramat jelas akan menyakitkan jika kita nantinya berada di state one-sided relationship atau hal-hal yang bikin heartbreak lainnya lah, namun manusia gak akan pernah bisa menghindari state falling in love itu. Mengutip lagi sebuah kata2 di dorama yang saya lupa judulnya apa

love is 99% painful, that’s why the remaining 1 percent is so amazing

Waaa…berlebihan kah? tapi saya sepakat koq sama kata2 di atas. Semuanya di dunia ini kan punya 2 sisi kan? dan soal persentase-nya koq banyakan yang susahnya ya? itu mah kembali lagi ke persepsi masing-masing… Ketika manusia menemukan sesuatu yang dia anggap treasure, important, dan sebagainya  maka hal itu akan dia cherish baik2. Maka, meskipun cuma 1% pun gak masalah, karena itu sudah amazing banget, hehehe. Kenapa ya? mungkin karena kebahagiaan yang paling tinggi levelnya ialah ketika kita mampu memberikan sesuatu buat orang lain ya. Happiness is pursuit something, gitulah bahasa kerennya. Ah, mungkin bener juga kata lagu2 itu, cinta memang gila… Oia, dan ada satu lagi quote bagus yang juga bisa memberikan pembenaran atas beberapa kalimat diatas

No matter how difficult and terrible the love grows into. I, cannot avoid the faith. -Tatta Hitotsu No Koi-

*di akhir tulisan sedikit bergumam ” I wonder why I can’t avoid that too” (sambil nyengir deh)*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun