Mohon tunggu...
Frisilia Dameria Mailyn
Frisilia Dameria Mailyn Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca, menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kisah Keluarga Kecil dengan Penghasilan Minim yang Hidup Mengontrak di Tengah Kota

9 April 2024   12:30 Diperbarui: 9 April 2024   12:30 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Bagian depan rumah)/dok. pri

Di balik keindahan kota dan hiruk-pikuk kehidupan, Pontianak menyimpan berbagai potret masyarakat dengan beragam keunikan yang jarang terekspos. Realitanya, sebagian besar masyarakat masih terjebak dalam lingkaran kemiskinan dengan tantangan ekonomi dan sosial yang tinggi. Meskipun tergolong sebagai kota besar, kesenjangan antara yang kaya dan miskin masih sangat terasa di tempat ini. Banyak dari mereka yang bertahan hidup di ambang kemiskinan dengan bermodalkan penghasilan minim. Bagi sebagian besar penduduk Pontianak, kehidupan bukanlah tentang gemerlapnya kota, melainkan perihal cara untuk sekadar mencukupi kebutuhan pokok. Sebagai upaya dalam menindaklanjuti hal tersebut, pemerintah memberikan berbagai jenis bantuan sosial (bansos) guna membantu meringankan beban masyarakat, terutama yang masih terperangkap dalam keterpurukan kondisi ekonomi.

Ibu Jamilah merupakan satu diantara penerima Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan (Bansos PKH) di Kelurahan Sungai Beliung, Kecamatan Pontianak Barat, Provinsi Kalimantan Barat. Ibu Jamilah berumur 43 tahun, hidup mengontrak bersama suami dan seorang anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Pendidikan terakhir yang telah ditempuh oleh Ibu Jamilah adalah di tingkat SMP, sedangan suaminya tidak bersekolah. Ibu Jamilah bertanggung jawab untuk mengurus suami dan anaknya di rumah. Suaminya merupakan seorang buruh harian lepas yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Beliau terkadang hanya menerima pemasukan setiap satu atau dua kali dalam seminggu, tergantung dari panggilan kerja saja.

Untuk menambah pemasukan keluarga, Ibu Jamilah berjualan es lilin dan aneka minuman dingin di depan sekolah anaknya. Pendapatan Ibu Jamilah tidak menentu karena hanya bergantung pada keuntungan dagangnya, yakni berkisar Rp50.000,- hingga Rp80.000,- per hari. Bila mendapatkan panggilan kerja, pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan buruh harian suaminya ialah sekitar Rp150.000,- per bulan. Total pendapatan keluarga Ibu Jamilah dialokasikan untuk membeli bahan baku dagang, seperti sirup dan gula, serta berbagai jenis minuman kemasan yang dibeli dari agen untuk dijual kembali. Selain itu, total pendapatan keluarga ini juga digunakan untuk membayar kontrakan tempat tinggal, biaya listrik, membeli bensin dan kebutuhan pangan. Biaya rumah kontrakan Ibu Jamilah dan keluarga adalah sebesar Rp180.000,- yang dibayarkan setiap tiga bulan sekali.

Terlepas dari beragam tuntutan ekonomi, Ibu Jamilah dan suami terus mengupayakan berbagai cara agar anak semata wayangnya bisa memperoleh pendidikan, walaupun pendapatan yang mereka dapatkan sering kali tidak mencukupi untuk sekadar memenuhi kebutuhan sehari-hari. Demi menghemat pengeluaran, Ibu Jamilah rutin menyajikan bekal dari rumah untuk dikonsumsi anaknya pada waktu istirahat sekolah. Ibu Jamilah menambahkan bahwa anaknya juga mendapatkan bantuan Simpanan Pelajar (SIMPEL) dari pemerintah, yakni sebesar Rp225.000,- untuk satu tahun. Nominal uang yang diperoleh dari bantuan tersebut berbeda-beda, menyesuaikan dengan jenjang kelas setiap anak. Dengan bantuan tersebut, Ibu Jamilah tidak lagi mengeluarkan uang tambahan untuk membeli buku dan keperluan sekolah anaknya.

(Bagian dalam rumah)/dok. pri
(Bagian dalam rumah)/dok. pri

Keluarga kecil itu tinggal dalam rumah kontrakan sederhana dengan ukuran 6 x 4 meter, yang hanya terdiri dari tiga ruangan, yaitu ruang tamu, satu kamar, dan dapur. Dinding dan lantai kontrakan keluarga ini terbuat dari bahan kayu, sedangkan atap rumahnya menggunakan seng yang sudah bocor di beberapa bagian. Keluarga Ibu Jamilah memakai lampu listrik sebagai sumber penerangan di rumahnya. Ibu Jamilah juga harus rutin membayar voucher listrik seharga Rp50.000,- untuk pemakaian selama 4 hari, dengan daya sebesar 450 Watt. Keluarga Ibu Jamilah memiliki satu unit sepeda motor yang telah usang, pemberian atasan di tempat suaminya bekerja dulu, dan hingga kini digunakan sebagai sarana transportasi sehari-hari mereka. Barang elektronik yang ada di rumah Ibu Jamilah juga tergolong sederhana, seperti TV (21 inch), kulkas, kipas angin dan handphone, yang masing-masing berjumlah satu unit.

Setiap hari, Ibu Jamilah memasak makanan untuk keluarganya dengan menggunakan bahan bakar gas. Ibu Jamilah dan suami biasanya mengonsumsi makanan pokok nasi sebanyak dua kali dalam sehari, yaitu pada waktu siang dan malam. Namun, Ibu Jamilah tetap berupaya mencukupi kebutuhan gizi anaknya yang sedang dalam masa pertumbuhan, yakni dengan memberikan konsumsi pokok sebanyak tiga kali sehari. Sumber air minum keluarga Ibu Jamilah adalah dari air hujan. Bila memasuki musim kemarau, Ibu Jamilah terpaksa harus membeli galon air minum untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sumber air untuk mandi dan mencuci sering kali berasal dari air kolam yang juga digunakan bersama dengan tetangga kontrakan lain di samping rumah mereka. Tempat untuk buang air ialah menggunakan WC umum lengkap dengan septic-tank yang terletak di belakang rumah kontrakan tersebut.

(Bagian dapur)/dok. pri
(Bagian dapur)/dok. pri

Ibu Jamilah dan keluarga belum pernah memperoleh bantuan sosial jenis apapun sebelumnya dan baru terdata menjadi penerima bansos di tahun 2023 lalu. Ibu Jamilah menyebutkan bahwa ia tidak tahu-menahu mengenai persyaratan, kriteria dan prosedur pengajuan bansos itu sendiri. Ia menganggap bahwa kondisi tempat tinggal dan pekerjaan sehari-hari lah yang membuat keluarganya bisa terdaftar sebagai penerima bansos. Ibu Jamilah memperoleh bantuan sosial berjenis PKH kategori pendidikan anak di jenjang SD, berupa uang dengan nominal sebanyak Rp150.000,- setiap 2 bulan, yang ditransfer ke Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dari Bank BRI. Uang tersebut digunakan Ibu Jamilah untuk membiayai kebutuhan sekolah anaknya dan membeli keperluan rumah tangga lainnya. Selain uang, Ibu Jamilah juga memperoleh bantuan berupa beras dari BULOG sebanyak 10 kg per bulan yang dapat diambil di kantor lurah. Ketika sakit, keluarga Ibu Jamilah biasanya mengunjungi puskesmas terdekat dan menggunakan BPJS yang telah ditanggung pemerintah untuk memperoleh pemeriksaan atau pengobatan.

Pada kenyataannya, bantuan beras dari BULOG tersebut tidak sepenuhnya bisa mencukupi kebutuhan pangan keluarga ini dalam satu bulan, sehingga Ibu Jamilah terpaksa membeli beras tambahan lagi di pasar. Meski demikian, Ibu Jamilah mengaku bahwa adanya bantuan beras tersebut membuat pengeluaran rumah tangganya menjadi lebih ringan. Uang perolehan dari bansos PKH juga terkadang disisihkan sebagian untuk membeli kebutuhan sehari-hari, seperti sayur, telur dan rempah-rempah. Menurut pengakuan Ibu Jamilah, bantuan sosial yang diperoleh telah membantu membuat kondisi ekonomi keluarga mereka menjadi lebih baik, walau belum bisa menutupi seluruh kebutuhan keluarganya. Keluarga Ibu Jamilah juga mengapresiasi tindakan pemerintah yang tetap menaruh perhatian kepada rakyat-rakyat kecil dan membantu meringankan beban tanggungan mereka lewat pemberian bantuan sosial.

(Wawancara mendalam dan observasi dilaksanakan pada Februari-Maret 2024).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun