Pendudukan Jepang di Asia Tenggara selama Perang Dunia II (1941-1945) bertujuan memperluas wilayah dan membentuk "Kekaisaran Asia Raya" bebas dari pengaruh Barat. Jepang berusaha mengalahkan kekuatan kolonial Barat, meninggalkan dampak signifikan pada sejarah dan politik kawasan tersebut. Perang Dunia II di Pasifik dimulai dengan serangan mendebarkan Jepang terhadap Pearl Harbor pada 7 Desember 1941. Insiden ini memicu Amerika Serikat untuk menyatakan perang terhadap Jepang. Di samping serangan besar-besaran di Pearl Harbor, Jepang juga melancarkan serangan simultan ke wilayah yang dikuasai negara-negara Barat di Asia Tenggara. Ambisi Jepang adalah menguasai kawasan ini untuk mengakses sumber daya alam yang vital, melemahkan kekuatan Barat, dan memperkuat posisinya di kawasan Pasifik. Seperti Malaya, Hindia-Belanda, Singapura, Filipina, Indo-China dan Burma.
Â
Pendudukan Jepang di Indo-CinaÂ
Indo-China Prancis dulunya merupakan koloni Prancis di Asia Tenggara. Pada tahun 1940 wilayah ini diinvasi oleh Jepang. Meski saat itu Prancis sudah berada di bawah pendudukan Jerman akibat Perang Dunia II, mereka pada awalnya memberikan izin kepada Jepang untuk mengakses Indo-China demi kepentingan strategis. Pada tahun 1941, Jepang mulai menduduki bagian utara Vietnam, yaitu Tonkin untuk mengamankan jalur pasokan yang diperlukan dalam mendukung upaya perang mereka. Selang empat tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1945 Jepang melancarkan serangan besar-besaran ke seluruh Indo-China, berhasil mengusir pasukan Prancis yang ada dan menjadikan wilayah tersebut bagian dari Kekaisaran Jepang. Pendudukan Jepang di Indo-China didorong oleh kebutuhan mereka untuk menguasai sumber daya alam yang melimpah, seperti karet, bijih besi, dan timah, serta untuk memperkuat posisi strategis mereka di Asia Tenggara.Â
Pendudukan Jepang di Singapura dan Malaya InggrisÂ
Pendudukan Jepang di Singapura dan Malaya Inggris terjadi selama Perang Dunia II, dari tahun 1941 hingga 1945. Serangan dimulai pada 8 Desember 1941, sehari setelah pengeboman Pearl Harbor. Jepang dengan cepat menyerang Malaya, memanfaatkan taktik perang kilat yang mengakibatkan kemajuan pesat ke wilayah tersebut. Pada 15 Februari 1942, Singapura jatuh ke tangan Jepang setelah pertempuran sengit yang dikenal sebagai "Pertempuran Singapura." Kekalahan ini merupakan salah satu pukulan bagi Inggris selama perang.
Selama pendudukan, Jepang mengeksploitasi sumber daya Malaya seperti karet dan timah untuk mendukung kebutuhan perang mereka. Penduduk setempat mengalami penderitaan ekonomi dan sosial yang parah. Jepang menerapkan kebijakan keras, termasuk kerja paksa dan tindakan represif yang menimbulkan ketakutan luas. Di Singapura, Jepang mengganti nama kota menjadi Shonan-to, yang berarti "Pulau Cahaya Selatan." Periode ini juga diwarnai dengan pembantaian Sook Ching, di mana ribuan etnis Cina dibunuh karena dicurigai sebagai ancaman terhadap pemerintahan Jepang.
Selain itu, Jepang mempromosikan bahasa dan budaya mereka melalui pendidikan dan propaganda. Mereka juga mengontrol ketat media untuk menyebarkan ideologi mereka. Pendudukan ini berakhir pada Agustus 1945 setelah Jepang menyerah kepada Sekutu. Masa pendudukan meninggalkan dampak besar, termasuk kebangkitan nasionalisme di wilayah tersebut, yang kemudian mendorong perjuangan untuk kemerdekaan.
Pendudukan Jepang di FilipinaÂ
Ketika perang antara Jepang dan Amerika semakin dekat, Presiden Persemakmuran Filipina, Â Manuel Quezon mendirikan Civilian Emergency Administration (CEA) untuk mempersiapkan Filipina menghadapi perang. Dua bulan kemudian, Presiden AS Franklin D. Roosevelt menggabungkan Angkatan Darat dan Angkatan Laut Filipina dengan pasukan Amerika yang ada di Filipina membentuk United States Army Forces in the Far East (USAFFE) di bawah komando Jenderal Douglas MacArthur. Pada 8 Desember 1941 sepuluh jam setelah serangan Jepang di Pearl Harbor, Jepang menginvasi Filipina dan menyerang pangkalan-pangkalan militer penting seperti Pangkalan Udara Clark, Pangkalan Udara Nichols, dan Cavite. Dalam menghadapi serangan besar, Jenderal MacArthur terpaksa melarikan diri ke pulau Corregidor menunggu evakuasi ke Australia. Pasukan di bawah komando Jenderal Wainwright di Luzon Utara berusaha menahan laju tentara Jepang sementara Jenderal Parker memerintahkan pasukan di Luzon Selatan untuk mundur ke Bataan. Namun karena persiapan yang tidak memadai pada Maret 1942 pasukan Filipina dan Amerika di Bataan akhirnya menyerah. Kejatuhan Bataan menyebabkan sekitar 70.000 prajurit melakukan perjalanan sejauh 80 km yang dikenal sebagai Bataan Death March.
- Pendudukan Jepang di Burma Inggris