Di era digital saat ini, penjualan secara offline tidak dapat dilepaskan dari penjualan secara online. Kalimat itu terucap dalam sebuah sesi diskusi SmescoDigipreneurDay di Gedung Smesco beberapa waktu lalu. Derry Darmawan, manajer Bursasajadahonline, sebuah rumah produksi yang telah berdiri sejak 1998, yang awalnya adalah toko oleh-oleh Haji dan Umroh, menjelaskan betapa penjualan online begitu mendominasi penjualan sajadah dan pernak pernik haji sejak 2 tahun lalu, setelah Bursa Sajadah secara serius menggarap marketing digital ini.
Karena pentingnya konten yang disampaikan, maka komunikasi yang ramah menjadi syarat utama dalam melayani caoon pembeli. “Menjawab tidak ada itu bisa berbeda maknanya, misal jawab tidak ada, dan tidak ada bu akan berdampak berbeda” jelasnya. Setiap konten yang dikirimkan dalam chatting dengan calon pembeli diharapkan dapat memberikan penjelasan yang memuaskan dengan hasil akhir calon pembeli sepakat untuk membeli produk Bursa Sajadah. Bursa Sajadah kini memiliki beberapa toko di beberapa kota untuk lebih meningkatkan pelayanan akan kebutuhan oleh-oleh dan pernak-pernik haji, juga makanan dari Timur Tengah seperti kurma.
Berbeda dengan Derry Darmawan, LIsma D Gumelar, istri Dedi “Miing” Gumelar yang memiliki rumah produksi “Rumah Baju Ambu” mengatakan usahanya lebih besar menggunakan penjualan offline daripada online. “Saya masih sedikit takut jika menggunakan penjualan online secara besar2an, karena produk yang saya buat mudah dijiplak, ditirudan dijual dengan harga lebih murah” katanya. Lisma Gumelar merintis usahanya setelah berhenti menjadi karyawati sebuah bank, dan
Rumah Baju Ambu tidak secara khusus membuat baju muslim, Dedi “Miing” Gumelar menambahkan. Miing spontan menjelaskan, Rumah Baju Ambu secara khusus memang menjadi garapan mereka berdua, karena banyak ide dan konsep yang dipikirkan secara bersama. “Busana yang diproduksi Rumah Baju Ambu secara spesifik tidak dikhususkan kepada perempuan muslim, tetapi kalau digunakan perempuan muslim sangat sesuai karena sudah menutup aurat, tetapi jika digunakan perempuan non muslim juga nggak akan kalah menarik” Miing melanjutkan.
Dalam sesi berikut, Abang Edwin, seorang konsultan di bidang marketing Principal & Head Consultan Abang Edwin SA menerangkan penjualan online sudah tidak bisa dihindari saat ini. Era digital mau tidak mau menuntut semua orang melakukan penjualan secara online, meski dalam beberapa jenis usaha penjualan online memiliki beberapa kelemahan. “Praktek copy paste di bidang busana misal seperti yang dialami Rumah Baju Ambu adalah tantangan yang harus dihadapi. Kendala memang untuk Rumah Baju Ambu selaku pemilik ide pertama, tetapi secara praktek memang inilah kondisi yang ada.
Tinggal bagaimana Rumah Baju Ambu memilih bagian-bagian apa saja yang diekspose, sementara bagian-bagian dari ciri khas tetap disembunyikan untuk membedakan mana yang original dan mana yang KW”. Kendala lain seperti pentingnya sebuah konten dalam memasarkan produk, karena pembeli dan penjual tidak bertemu secara langsung. Sebuah photo yang mewakili sebuah produk perlu didukung konten yang baik, sehingga apa yang diwakili benar-benar bisa dipercaya oleh calon pembeli tanpa harus melihat langsung secara fisik.
“Pentingnya sebuah konten dalam persaingan produk yang sama, maka konten yang paling baik akan bisa survive dan menarik pelanggan. Selain itu dukungan kontrol thd ekspedisi, serta kesediaan menyediakan customer service dalam merespon complain, akan menumbuhkan pelanggan yang loyal, karena bisa saja pengalaman berbelanja secara online itu akan ditularkan kepada teman-teman yang lain” Abang Edwin menjelaskan lebih lanjut.
Bagus Rachman selaku direktur Pengembangan bisnis dan Pemasaran LLP KUKM Smesco Rumahku yang berbicara mewakili Smesco dan Kementerian koperasi dan UKM mengajak kepada semua UKM untuk mau menfaatkan Smesco sebagai sarana untuk memperluas dan mempromosikan usahanya. “Tahun depan Smescotrade akan berusaha ditingkatkan menjadi Marketplace. Bahkan Smescotrade akan didorong menjadi Alibabanya Indonesia, yang menjual “hanya” produk-produk Indonesia. Saat ini Smescotrade memang masih E commerce, tapi tahun depan akan diusahakan jadi “Marketplace” hanya keunggulannya cuma satu, yang dijual asli “produk=produk Indonesia”, tegasnya.
Dengan segala keterbatasan baik struktur gedung, lokasi atau kendala lain, Smesco sudah berhasil menghimpun lebih dari 20 ribu item produk yang siap dipasarkan, baik secara offline maupun online. Smesco kini memiliki “GALERI INDONESIA WOW” di lantai 1 dan 2 yang didesign ulang untuk menjadi etalase produk-produk UKM. Di lantai 1 bahkan sudah didesign bisa digunakan untuk FASHION SHOW, karena menurut hasil survey APJI, produk fashion termasuk produk yang paling banyak diminati dalam penjualan online. Bahkan bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo), Smesco menyediakan domain gratis bagi UKM dan dengan mudah diakses secara online agar UKM dapat memasarkan produknya, secara nasional maupun ekspor.
Setelah rehat makan siang, sesi berikutnya adalah berbagi ilmu untuk para netizen dan blogger. Indoblognet mengundang Sefa Firdaus untuk membagi ilmunya dalam hal photografi dengan tujuan para blogger dapat memiliki kemampuan mengolah photo agar dapat digunakan untuk memasarkan produk. Sebagai blogger yang sering menjadi ujung tombak para produsen atau mitra agency, kemampuan dalam mengolah photo akan meningkatkan konten yang akan ditulis terutama dalam aplikasi instagram atau aplikasi sosial media lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H