Hari ini 17 Mei 2016 Indonesia turut memperingati Hari Hipertensi sedunia dengan mensosialisasikan Kenali Tekanan darahmu sebagai upaya pengenalan terhadap bahaya hipertensi. Bertempat di Gedung BalitbangKes Jakarta Pusat, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr. H. Mohamad Subuh MPPM mengatakan Indonesia termasuk Negara di Asia Tenggara yang 1/3 populasinya menderita hipertensi, karena itu salah satu usaha sosialisasi dan pengenalan bahaya hipertensi perlu dilakukan secara meluas.
Siaran pers menyambut peringatan hari hipertensi sedunia dihadiri oleh Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dr. H Mohamad Subuh MPPM, Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) dr. Lily S Sulistyowati MM, Tech. Advisor of NCD WHO Representative of Indonesia, Mr. Sharad Adikary dan Presiden Elect PP Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI) Dr. dr. Ismoyo Sunu SpJP (K), FIHA, FICA.
Menurut data Sample Registration system (SRS) Indonesia tahun 2014, hipertensi dengan komplikasi (5.3%) merupakan penyebab kematian nomor 5 pada semua umur. Komplikasi yang diakibatkan hipertensi diantaranya jantung koroner, gagal jantung, stroke, diabetes, gagal ginjal dan kebutaan. Prevalensi hipertensi nasional (seberapa sering suatu penyakit atau kondisi terjadi pada sekelompok orang) berdasarkan riskesdas (riset kesehatan dasar) 2013 sebesar 25.8% dengan tingkat tertinggi terjadi di Bangka Belitung 30.9% sementara yang terendah di Papua sebesar 16.8%. Yang lebih memprihatinkan dari 25.8% prevalensi nasional itu hanya 1/3 yang terdiagnosis/minum obat sementara 2/3 sisanya tidak terdeteksi atau tidak pernah minum obat. Hal ini menunjukkan lebih banyak penderita hipertensi yang tidak menyadari bahwa dirinya sedang mengalami gejala atau terserang penyakit hipertensi.
Angka kematian akibat hipertensi dalam tahun-tahun mendatang diperkirakan akan meningkat dengan jumlah kematian 8 juta orang setiap tahun. 1.5 juta orang yang meninggal akibat hipertensi terjadi di negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Perlunya dipahami bahwa jika anggapan selama ini penyakit hipertensi adalah penyakit yang dialami oleh orang berusia 40 tahun ke atas dan golongan penyakit orang mampu, ternyata dari data WHO, penderita hipertensi justru banyak terdapat di negara berkembang dan kurang mampu (status ekonomi menengah bawah 27.2% dan menengah 25%), sementara usia penderita dari 35 hingga 64 tahun.
Dr. H. Mohamad Subuh MPPM menjelaskan perlunya gerakan deteksi dini sebagai self awareness untuk me4ngetahui gejala-gejala penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi dan lain-lain. Kebiasaan mendeteksi denyut nadi adalah salah satu langkah yang bisa dipelajari tanpa memerlukan alat, hanya jam tangan atau pengukur waktu.
Dengan kebiasaan mendeteksi nadi yang bisa dilakukan sendiri, orang akan bisa mengukur tingkat kesehatan diri sebelum memeriksakan ke dokter atau puskesmas. Saat ini setiap Puskesmas atau Posyandu sudah dibekali dengan peralatan untuk mengetahui tekanan darah setiap pasien yang berobat, sehingga penanganan untuk penderita hipertensi sudah dapat dilakukan.
Tetapi yang lebih penting disosialisasikan kepada masyarakat adalah deteksi dini sebagai self awareness terhadap penyakit-penyakit yang berkaitan dengan pola hidup yang kurang sehat. Sosialisasi pola hidup sehat ke masyarakat harus terus dilakukan seperti pemahaman CERDIK merupakan singkatan dari Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stress, sebagai salah satu upaya untuk mencegah terkena serangan penyakit seperti Diabetes, Hipertensi sampai kanker.
Dari peringatan Hari Hipertensi sedunia tgl 17 Mei ini akan dilakukan kegiatan “Bulan Pengukuran Tekanan Darah” dimulai dari 17 Mei-17 Juni dengan harapan masyarakat makin mengerti informasi tentang hipertensi dan bahayanya dengan mengukur tekanan darah secara teratur dan rutin di puskesmas atau posbindu.
Ada beberapa tahap upaya pencegahan dan pengendalian hipertensi diantaranya 1. Meningkatkan promosi kesehatan melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) dalam pengendalian hipertensi melalui CERDIK; 2. Meningkatkan pencegahan dan pengendalian Hipertensi berbasis masyarakat dengan self awareness melalui pengukuran tekanan darah secara rutin sesering mungkin (minimal 1 bulan 1X); 3. Penguatan pelayanan kesehatan khususnya hipertensi seperti meningkatkan akses ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), optimalisasi system rujukan dan peningkatan mutu pelayanan; 4. Pencegahan komplikasi hipertensi khusus penyakit Jantung dan pembuluh darah di FKTP menggunakan Carta Prediksi Resiko yang merupakan adopsi dari WHO
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H