Mohon tunggu...
Frisca Putri
Frisca Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pencemaran Air di Magelang: Mengatasi Tantangan untuk Keberlanjutan Lingkungan

13 Juni 2023   08:40 Diperbarui: 13 Juni 2023   08:52 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Magelang merupakan sebuah kota di Jawa Tengah yang terkenal akan keindahan alamnya seperti Pegunungan Menoreh dan Candi Borobudur. Namun, seperti halnya dengan kota-kota di Indonesia, pertumbuhan penduduk yang pesat dan banyaknya aktivitas manusia menyebabkan timbulnya beberapa permasalahan lingkungan, salah satunya pencemaran air. Maka dari itu dalam artikel ini, akan dibahas mengenai  beberapa aspek penting tentang pencemaran air di Magelang dan upaya yang perlu dilakukan untuk menjaga keberlanjutan lingkungan di masa depan.

Pencemaran air di Magelang disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah limbah industri. Terdapat beberapa industri di wilayah tersebut tidak memiliki sistem pengolahan air limbah yang memadai, sehingga limbah industri langsung dibuang ke badan air tanpa melalui pengolahan yang memadai. Limbah ini mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari air dan menganggu ekosistem.

Selain itu, praktik pertanian yang tidak ramah lingkungan juga menjadi faktor penyebab pencemaran air di Magelang. Penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang tidak terkendali dapat menyebabkan pencemaran pada sumber air dan mengancam kehidupan organisme di dalamnya. Air yang terkontaminasi juga dapat mempengaruhi kualitas air minum dan dapat memicu penyebaran penyakit pada manusia.

Studi yang dilakukan oleh Saraswati et al. (2019), menunjukkan bahwa kadar logam berat dalam air sungai di Magelang melebihi ambang batas aman bagi kehidupan akuatik dan manusia. Penelitian kualitas air tanah yang dilakukan oleh Bela (2017) di daerah Tidar juga menunjukkan hasil bahwa parameter fisika masih berada di bawah batas standar, sedangkan parameter kimia dan mikrobiologi menunjukkan adanya pencemaran oleh bakteri E.coli dan pH yang berada di bawah standar baku mutu air bersih. Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa nilai total coliform pada sampel 21/100 ml, sedangkan batas maksimal standar baku mutu kualitas air bersih adalah 10/100 ml.

Dampak yang ditimbulkan karena adanya pencemaran air tidak bisa dianggap ringan karena pencemaran air dapat menyebabkan kerusakan pada ekosistem perairan yang berdampak langsung pada kehidupan organisme air seperti berkurangnya keanekaragaman hayati, gangguan rantai makanan, dan kerusakan fisik pada habitat seperti sungai, danau, dan rawa. Sedangkan dampak terhadap kesehatan masyarakat antara lain adalah adanya penyakit seperti diare, keracunan makanan, infeksi kulit, dan permasalahan pernapasan. Dalam jangka panjang paparan bahan kimia dapat menyebabkan kerusakan organ dalam tubuh manusia, kerusakan sistem saraf, dan bahkan kanker.  

Seperti dilansir dari laman The Jakarta Post untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah Magelang bekerja sama dengan perusahaan dan industri meningkatkan pengawasan dan pengendalian limbah untuk memastikan bahwa limbah yang dihasilkan oleh pabrik dan industri yang ada di Magelang memenuhi standar lingkungan yang ditetapkan. Selain itu pemerintah juga mengalokasikan dana untuk membangun instalasi pengolahan limbah modern dan efisien.

Namun dalam menghadapi  masalah pencemaran tersebut, penting bagi pemerintah, masyarakat, sektor swasta untuk bekerja sama dalam mengambil tindakan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah seperti melakukan kampanye edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kualitas air dan edukasi kepada petani agar menerapkan praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan, termasuk penggunaan pestisida dan pupuk secara bijaksana. Penggunaan air secara bijaksana juga harus dipromosikan, seperti larangan untuk membuang sampah ke sungai atau badan air.

Selanjutnya perlu adanya kebijakan dan regulasi ketat terkait pengolahan limbah dan perlindungan sumber air, menegakkan hukum dan sanksi bagi pelanggar peraturan lingkungan yang berkaitan dengan pencemaran air, serta membentuk kolaborasi antara pemerintah, lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan lembaga swadaya masyarakat untuk melakukan penelitian dan inovasi dalam mengatasi pencemaran air.  

Kolaborasi dari pemerintah, masyarakat, dan pihak-pihak swasta untuk mengurangi pencemaran lingkungan tentunya akan sangat berdampak pada keberlanjutan sumber daya air dan kualitas hidup masyarakat di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun