Mohon tunggu...
Frindhy Wara L
Frindhy Wara L Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pelajar Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Perang Siber antara Amerika Serikat dan Tiongkok

26 Januari 2022   19:50 Diperbarui: 26 Januari 2022   19:51 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Globalisasi telah melahirkan ruang baru di kehidupan masyarakat dunia dengan adanya dunia maya atau internet. Sebagai teknologi informasi, hadirnya dunia maya mempermudah kegiatan komunikasi, pertukaran informasi, serta interaksi lainnya antar setiap masyarakat di berbagai belahan dunia. Pola-pola baru pun muncul dalam interaksi hubungan internasional dan memperluas negara dalam mencapai kepentingan nasional mereka, sehingga interaksi yang terjadi tidak hanya pada ruang darat, udara, dan laut, tetapi juga pada dunia maya. Di dunia maya sendiri kekuatan tidak dapat diukur secara jelas, oleh karenanya siapapun dan apapun yang mereka lakukan di sana sangatlah bebas tanpa batas.

Amerika Serikat dan Tiongkok sebagai dua negara superpower dunia juga merupakan negara dominan dalam cyber space, karena memiliki kapabilitas cyber power yang kompeten. Namun, hal tersebut tidak sepenuhnya meniadakan kemungkinan ancaman dalam cyber space, karena negara-negara tersebut masih menghadapi serangan dunia maya atau cyber attack yang setiap saat dapat terjadi. Berdasarkan laporan dari AKAMAI (2014), mayoritas kegiatan cyber attack berasal dari beberapa negara diantaranya, Tiongkok pada urutan pertama dengan trafik 41%, Amerika Serikat 11%, Indonesia 7%, Taiwan dan Brazil 3%, Rusia 2,9%, kemudian India 2,6% (AKAMAI, 2014). Tidak cukup dengan menguasai perekonomian serta teknologi dunia, baik Amerika Serikat ataupun Tiongkok juga ingin unggul dalam cyber space. Mereka pun berlomba-lomba dalam pengembangan IT-nya. Tentunya hal tersebut menimbulkan ancaman baru pada aspek keamanan, salah satunya aksi spionase siber. Setiap Tindakan yang dilakukan oleh salah satu dari dua negara tersebut pasti akan memicu ancaman bagi masing-masing negara, baik itu Amerika Serikat ataupun Tiongkok.

Perang siber yang pernah terjadi antara Amerika Serikat dengan Tiongkok yaitu kasus spionase siber Tiongkok terhadap industri militer Amerika Serikat, pada proyek pesawat F-35 Joint Strike Fighter (JSF). Spionase siber tersebut dilakukan Tiongkok dengan tujuan antara lain, untuk menyaingi kekuatan Amerika Serikat dalam pasar senjata global, menciptakan alutsista dengan kapabilitas yang sebanding dengan milik Amerika Serikat, membuat tentara pembebasan rakyat Tiongkok lebih kompeten pada tugas mereka dengan menyertakan unsur teknologi pada persenjataan pertahanan mereka, dan tentunya untuk mempercanggih persenjataan pasukan militer Tiongkok darat, udara, maupun laut. Penyerangan yang dilakukan Tiongkok terhadap militer Amerika Serikat ini dilakukan dengan cara phising atau pengelabuan. Dalam aksinya Tiongkok bekerja sama dengan seorang pengusaha asal negaranya yang berdomisili di Vancouver, Kanada. Bersama dua perwira militer Tiongkok, Su bin mengirimkan sebuah email (sebagai bentuk phising) kepada pejabat kontraktor dan staff dari kantor pertahanan Amerika Serikat, kemudian mereka memasukkan malware ke dalam email tersebut yang menuntun para pejabat dan staff untuk membuka aksesnya, lalu mereka mengambil data-data serta informasi terkait proyek pesawat F-35 JSF. Bagian-bagian tercuri tersebut diantaranya, sistem radar, elektro optik, dan nozel mesin. Mengetahui tindak kejahatan Tiongkok, Amerika Serikat tak tinggal diam. Mereka menjatuhkan sanksi kepada Tiongkok berupa sanksi ekonomi yaitu pembekuan asset dan transaksi finansial.

Serangan lain yang sempat menggegerkan dunia akibat dari perbuatan Tiongkok adalah Titan Rain, pada tahun 2003-2006. Titan Rain merupakan serangan berkode Tiongkok kepada jaringan informasi Amerika Serikat dengan target NASA, sistem Militer Amerika Serikat, dan World Bank. Serangan tersebut juga meluas hingga menyerang jaringan pemerintah serta perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat. Titan Rain menjadi serangan siber paling sukses di departemen pertahanan Amerika Serikat. Pasalnya seorang hacker dari Tiongkok berhasil mengakses sistem senjata, pesawat tempur, dan kapal Amerika Serikat untuk pertahanan misil di Eropa, Asia, serta the Gulf (Jones, Trot, & Taylor, 2013). Pejabat Amerika Serikat telah memastikan bahwa yang bertanggung jawab atas peritiwa peretasan tersebut adalah Tentara Pembebasan Rakyat.

 Dari kasus-kasus penyerangan yang terjadi pada Amerika Serikat oleh Tiongkok mengindikasikan bahwa kemampuan Tiongkok atas penguasaan teknologi siber semakin meningkat dan kuat. Terbukti karena Tiongkok berhasil menyerang jaringan-jaringan penting seperti pertahanan militer, korporasi, dan milik pemerintah Amerika Serikat. Perang siber ini menjadi ancaman tersendiri bagi Amerika Serikat karena kemanan nasional mereka yang menjadi targetnya dan tentunya dapat mempengaruhi cyber security-nya. Informasi penting yang dicuri oleh Tiongkok secara tidak sah tersebut dapat disalah gunakan yang berakibat merugikan bagi Amerika Serikat. Meski telah berkali-kali didakwa oleh Amerika Serikat, pemerintah Tiongkok berani menyangkal dan bersikeras bahwasanya serangan peretasan yang terjadi adalah transnasional, bukan berarti juga hanya karena sebuah komputer mengakses komputer lain dari Tiongkok ini berarti bahwa serangan aslinya berasal dari Tiongkok. Pada akhirnya perang siber antara Amerika Serikat dan Tiongkok ini berpeluang menciptakan perang dingin antar kedua pemerintah, dengan dampak yang dapat meluas secara global.

Daftar Pustaka:

AKAMAI. 2014. Akamai's State of the Internet: Prolexic Quarterly Global DDos Attack Report, 7(1).

   Jones, T.Y., Trott, B., & Taylor, R. 2013, Chinese hackers steal U.S. weapons systems designs, report says. http://usnews.nbcnews.com/_news/2013/05/28/18556787-chinese-hackers-steal-us-weapons-systems-designs-report-says

Taylor, R.N. 2007.  Titan Rain -- how Chinese hackers targeted Whitehall. https://www.theguardian.com/technology/2007/sep/04/news.internet

Arthur, C. 2014. US accusations of Chinese hacking point to eight-year spying campaign. https://www.theguardian.com/technology/2014/may/19/us-accusations-chinese-hacking-eight-years

Triwahyuni, D., Yani, Y.M. 2018. DAMPAK PEMBANGUNAN CYBERPOWER TIONGKOK TERHADAP KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT. Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi, 8(1), 2-14

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun