Mohon tunggu...
Frieska Evita Ayurananda
Frieska Evita Ayurananda Mohon Tunggu... -

Mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di Bangkok

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kerusuhan di Bangkok (3)

22 Mei 2010   04:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:03 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamis, 20 Mei 2010

Kami menerima informasi bahwa ada satu toko seven-eleven di belakang apartment yang buka. Karena situasi kami rasa sudah agak aman, kami (saya dan 3 orang teman) memutuskan untuk pergi kesana sambil melihat-lihat situasi di sekitar lingkungan tempat tinggal kami. Daerah Baiyoke yang biasanya penuh dengan lalu lalang orang dari berbagai bangsa yang sibuk berbelanja, hari ini terlihat lengang. Sebagian besar toko juga masih tutup. Sampah terlihat menumpuk karena sudah satu minggu lebih truk sampah tidak bisa masuk daerah ini, namun sampah-sampah itu tidak berserakan melainkan tersusun rapi di beberapa kantong plastik hitam. Sesampai di tempat tujuan saya agak kaget karena seluruh kaca toko seven-eleven ditutupi dengan koran, yang mungkin bertujuan supaya toko ini tidak ikut menjadi korban penjarahan. Kamipun langsung berbelanja, namun sebagian besar barang di toko ini juga sudah habis. Di luar toko, terlihat beberapa penjual buah dan penjual minuman yang sudah mulai beraktifitas. Saat ini masih belum ada ATM di daerah ini yang berfungsi. Jam malam masih diberlakukan hari ini, namun suasana sudah lumayan tenang. Hari ini wartawan dari TVOne datang hendak meliput keadaan WNI yang tidak bisa dievakuasi dan terpaksa tinggal di apartment selama kerusuhan berlangsung. Karena kurang setuju dengan pernyataan yang akan diberikan oleh salah satu wakil penghuni apartment saat wawancara dengan TVOne nantinya, saya memutuskan untuk tidak ikut saja. Saya pergi ke lantai dua untuk membaca beberapa berita yang membahas mengenai keadaan WNI di Bangkok selama kerusuhan. Saya malah menjadi semakin jengkel karena sebagian besar berita yang tersebar hanya bersumber dari informasi yang diberikan oleh pihak KBRI dan Kementrian Luar Negeri saja dan saya merasa bahwa berita-berita tersebut tidak benar-benar menceritakan kejadian seperti yang saya alami disini.

Jumat, 21 Mei 2010

Hari ini suasana sudah benar-benar tenang. Salah seorang mahasiswa dari Mahidol University yang bertempat tinggal lumayan jauh dari lokasi konflik, pak Hamam Supriyadi, mengunjungi kami di Athen apartment. Beliau membawa bahan makanan yang rencananya akan kami masak bersama di apartment nantinya. Menurut cerita beliau, meskipun keadaan sudah tenang tapi pengamanan di sekitar daerah kami masih lumayan ketat. Waktu melewati checkpoint, motor dan tas beliau harus digeledah dan beliau juga harus menjelaskan kenapa membawa bahan makanan yang lumayan banyak jumlahnya dan mau kemana. Setelah menjawab semua pertanyaan dan meninggalkan kartu identitas di checkpoint, akhirnya beliau diijinkan untuk lewat juga. Siang ini, mbak-mbak mahasiswa memasak tongseng dengan bahan masakan yang dibawakan oleh pak Hamam Supriyadi sementara mas-mas dan bapak-bapak mahasiswa pergi menunaikan ibadah shalat Jum’at.

Tiba-tiba ada salah seorang penghuni apartment yang mengatakan bahwa kami disuruh turun ke bawah untuk menerima bantuan sembako dari pihak KBRI. Huuuhhh???? Terus terang saya sempat terheran-heran karena sehari sebelumnya salah satu perwakilan mahasiswa sempat dipanggil ke Hotel Grand Mercure Fortune, yang kabarnya menjadi kantor KBRI sementara, untuk memberikan penjelasan tentang wawancara di TVOne yang menyebutkan bahwa WNI yang tinggal di Athen apartment kehabisan bahan pangan. Padahal kami TIDAK PERNAH mengatakan kalau kami kehabisan bahan pangan. KALAU situasi dimana status “No Entry Zone” di Jl Petchburi diberlakukan lebih lama dan toko-toko di sekitar apartment kami tetap tutup, ADA KEMUNGKINAN kalau persediaan bahan makanan kami akan habis. Tapi sampai saat ini Alhamdulillah kami masih mempunyai persediaan bahan makanan yang cukup untuk beberapa hari ke depan. Saya yakin perwakilan mahasiswa yang mewakili rapat di Hotel Grand Mercure Fortune tadi malam juga sudah memberikan keterangan mengenai keadaan kami yang sebenarnya. Lalu mengapa tiba-tiba ada bantuan sembako yang dikirim ke kami? Hal ini tentu membuat saya menjadi curiga dan bertanya-tanya ada apa sebenarnya di balik sikap pemberian sembako yang tiba-tiba ini? Apakah hal ini ada hubungannya dengan sikap beberapa mahasiswa yang mengkritisi berita-berita di berbagai harian di Indonesia yang dirasa tidak benar? Ataukah bantuan sembako ini sebagai wujud permintaan maaf dari pihak KBRI-Bangkok karena gagal mengevakuasi kami beberapa hari yang lalu? Tapi alasan terakhir mungkin tidak benar karena saya belum pernah mendengar ada kata-kata maaf yang terucap.

(http://lipsus.kompas.com/topikpilihan/read/2010/05/19/13362150/Sudah.300.WNI.Dipindahkan;

http://internasional.kompas.com/read/2010/05/20/23063252/Adanya.Evakuasi.WNI.Dibantah-14;

http://luar-negeri.kompasiana.com/2010/05/19/bangkok-mencekam/)

Anyway, saya merasa saya tidak berhak menerima bantuan sembako tersebut. Lagipula persediaan sembako saya masih cukup dan jalanan sudah mulai dibuka kembali serta toko-toko juga sudah banyak yang buka. Jadi saya memutuskan bahwa saya tidak akan turun ke lobi apartment untuk ikut berpartisipasi dalam acara “upacara serah terima sembako”, yang kabarnya juga diliput oleh SCTV, dan saya juga memutuskan untuk tidak mengambil jatah sumbangan sembako saya.

Selang beberapa saat kemudian, salah satu penghuni apartment mengabarkan kalau jatah sembako saya dan beberapa mahasiswa masih tergeletak di lobi apartment. Khawatir kalau dibiarkan seperti itu nantinya malah akan diambil oleh orang yang tidak bertanggung jawab, saya memutuskan untuk menyerahkan jatah sembako saya kepada orang yang lebih membutuhkan. Saya memutuskan untuk memberikan jatah sembako saya kepada bapak-bapak polisi yang mendapat tugas berjaga-jaga di gang Petchburi Soi 11 selama kerusuhan terjadi. Meskipun itu sudah menjadi bagian dari tugas mereka sebagai polisi, saya merasa bahwa mereka jauh lebih berhak menerima sembako ini daripada saya. Lega rasanya setelah saya menyerahkan sembako ke mereka karena saya tahu kalau saya tidak melanggar prinsip saya sendiri dan saya juga tahu bahwa sembako itu jatuh ke tangan yang membutuhkan.

Minggu ini benar-benar minggu yang melelahkan baik secara fisik maupun mental. Semoga 2 hari besok ini bisa benar-benar saya manfaatkan untuk istirahat dengan cukup sehingga pada hari Senin nanti saya sudah siap untuk beraktifitas kembali.

Saya menuliskan catatan harian ini bukan bermaksud untuk mendiskreditkan ataupun menjelek-jelekkan nama satu instansi tertentu ataupun pejabat tertentu. Saya hanya ingin mengungkapkan kronologi cerita yang terjadi selama kerusuhan di Bangkok berdasarkan sudut pandang saya. Saya yakin masyarakat Indonesia yang membaca Kompasiana sudah cukup kritis dan bisa mengolah sendiri informasi yang mereka terima. Catatan berikut ini hanyalah bercerita mengenai beberapa kekecewaan yang saya rasakan yang disebabkan oleh cara kerja KBRI dalam menangani warganya selama terjadi kerusuhan di Bangkok dan juga kekecewaan saya akan beberapa berita yang beredar di koran-koran Indonesia yang hanya menulis berita berdasarkan informasi yang disediakan oleh pihak KBRI atau Kementrian Luar Negeri saja.


  • Website KBRI yang seharusnya menjadi gerbang komunikasi antara KBRI dan WNI kurang dikelola dan tidak diupdate. Tidak ada update ataupun berita tentang kondisi Bangkok menyangkut kegiatan demonstrasi yang dilakukan oleh para pendukung UDD ini. Tidak ada himbaun kepada WNI yang berada di Bangkok untuk menghindari daerah-daerah tertentu. Tidak ada nomor telefon darurat yang bisa dihubungi oleh WNI jika sewaktu-waktu kerusuhan terjadi.
  • Ketidakjelasan ada atau tidaknya SOP (Standar Operasional Prosedur) evakuasi WNI bila terjadi kerusuhan di Bangkok.
  • Mekanisme evakuasi dari pihak KBRI-Bangkok yang terkesan mepet, tergesa-gesa dan kurang terkoordinasi. Saat kami bertanya tentang prosedur penjemputan, pihak KBRI masih belum bisa menjelaskan dengan detail. Mereka hanya mengatakan bahwa akan dikirim kendaraan dan sopir ke apartment kami. Hal ini tentu berbeda sekali dengan penjelasan yang diberikan oleh pihak International Affair of Chulalongkorn University. Kalau disuruh untuk memilih, tentu saya pribadi jelas lebih memilih proses evakuasi yang disediakan oleh Chulalongkorn University karena lebih jelas dan keamanannya lebih terjamin. Keputusan kami bersama untuk memilih mengikuti mekanisme evakuasi dari universitas adalah hasil rapat internal antar mahasiswa dan kami TIDAK PERNAH MENYAMPAIKAN hasil rapat ini kepada Atdikbud. Setiap kali ditelefon oleh pihak KBRI untuk segera bersiap-siap dievakuasi, kami TIDAK PERNAH MENGATAKAN kepada mereka bahwa kami menolak untuk dievakuasi. Hal ini dikarenakan mereka selalu “ngeyel” mengatakan bahwa itu adalah PERINTAH. Namun nyatanya, dua kali perintah evakuasi dikeluarkan (Tanggal 18 Mei 2010 malam dan tanggal 19 Mei 2010 sore) TIDAK SATUPUN yang benar-benar terlaksana. MOBIL yang dijanjikan akan menjemput kami di apartment TIDAK PERNAH SAMPAI di pelataran parkir Athen apartment. Jadi berita yang disebutkan di detiknews yang menyatakan bahwa WNI yang masih berada di daerah konflik di Bangkok adalah dikarenakan keinginan mereka untuk menyelamatkan propertinya dulu, patut diragukan kebenarannya.

http://us.detiknews.com/read/2010/05/21/122046/1361429/10/selamatkan-properti-60-an-wni-pilih-menetap-di-bangkok

Kami, mahasiswa Indonesia yang tinggal di Athen Apartment khususnya, BELUM SEMPAT menggunakan hak (privilege) kami untuk memilih apakah kami mau tetap tinggal di Apartment ataukah mengungsi karena mobil jemputan yang dijanjikan oleh pihak KBRI TIDAK PERNAH DATANG ke apartment ini.

Beberapa berita yang disebutkan di beberapa media cetak Indonesia yang terasa bias dan saya ragukan keakuratannya.

http://internasional.kompas.com/read/2010/05/19/13362150/Sudah.300.WNI.Dipindahkan.

http://internasional.kompas.com/read/2010/05/20/13134952/DPR.Tutup.Kedubes.RI.di.Thailand-14

http://us.detiknews.com/read/2010/05/21/122046/1361429/10/selamatkan-properti-60-an-wni-pilih-menetap-di-bangkok

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun