Senin, 17 Mei 2010
Pagi ini sekitar pukul 9:00 diumumkan bahwa Mayor Jenderal Khattiya Sawatdhipol (Seh Daeng) yang tertembak di kepalanya pada hari kamis kemarin, meninggal dunia (Lihat).
Pertempuran masih terus berlangsung di beberapa tempat. Pihak universitas tempat saya belajar (Chulalongkorn University) menghimbau agar kami tetap berada di dalam rumah dan mereka juga menyediakan nomor telefon yang bisa dihubungi sewaktu-waktu jika kami membutuhkan bantuan
(Lihat).
Saya merasa agak lega karena tahu bahwa setidaknya ada satu lembaga (pihak universitas) yang masih peduli dan memikirkan keselamatan mahasiswanya di saat kritis seperti ini. Pagi ini saya ditelefon oleh Ms. Kanasom dari International Student of Engineering Chulalongkorn University yang ingin memastikan secara langsung apakah saya dan teman-teman (ada 5 orang mahasiswa dari Chulalongkorn University dan 3 orang dari Mahidol University yang tinggal di apartment yang saya tempati ini) masih baik-baik saja di tempat kami sekarang ini. Dia bilang kalau untuk saat ini situasi di Bangkok memang baru kacau tapi menurut dia daerah tempat tinggal saya masih tergolong aman.
Hari ini saya mendapat kabar bahwa ada 3 mahasiswa Indonesia yang tinggal di daerah Rang Nam yang baru mau dievakuasi oleh pihak KBRI. Terus terang saya merasa kaget karena pertempuran antara para demonstran dan tentara yang terjadi di daerah Rang Nam sudah berlangsung sejak beberapa hari yang lalu. Kalau menurut saya mereka seharusnya sudah dievakuasi sejak beberapa hari yang lalu. Tapi karena saya belum bisa menghubungi ketiga mahasiswa tersebut, jadi saya tidak tahu persis bagaimana cerita yang sebenarnya terjadi.
Namun yang juga menjadi tanda tanya bagi saya adalah kenapa bisa terjadi keterlambatan proses evakuasi ketiga mahasiswa tersebut? Setiap WNI yang akan menetap di Thailand biasanya disuruh untuk melapor ke KBRI, dimana kita harus menuliskan alamat kita di Thailand. Dengan adanya data tersebut, seharusnya pihak KBRI bisa melacak keberadaan warganya selama tinggal di Thailand dan mendeteksi siapa saja WNI yang berada di daerah konflik. Dan apakah tidak ada tahap-tahap proses evakuasi yang jelas? Bentrokan antara demonstran dan tentara militer terjadi sejak hari Jumat yang lalu. Apakah mungkin menurut Satgas KBRI hal itu belum cukup menjadi indikasi perlunya dilakukan evakuasi pada WNI yang tinggal di daerah tersebut? Entahlah saya kurang tahu bagaimana cara kerja Satgas dan bagaimana sebenarnya mekanisme pengevakuasian WNI di daerah konflik.
Selasa, 18 Mei 2010
Pagi ini saya kembali ditelefon oleh Ms. Kanasom yang memantau keadaan kami semua disini. Pertempuran antara para demonstran dan tentara masih terjadi. Suara-suara tembakan dan ledakan serta pemandangan asap hitam yang membumbung tinggi sudah terasa tidak asing lagi bagi saya. Beberapa toko seven-eleven masih buka tapi dengan jumlah makanan yang terbatas karena sepertinya mereka tidak mengisi kembali tokonya dengan barang baru, hanya menghabiskan stock lama.
Sore hari ini, semua WNI penghuni Athen apartment dikumpulkan untuk rapat di salah satu kamar penghuni. Intinya mereka memberitahu bahwa tadi pagi beberapa staff KBRI dan pak dubes mengadakan rapat dan mereka memutuskan bahwa kami HARUS mengosongkan apartment ini paling lambat besok pagi jam 10:00. Salah seorang penghuni bertanya bagaimana prosedur pemindahan kami dan kemana kami akan dipindahkan. Menurut keterangan mereka, para home staff, local staff dan guru-guru Sekolah Indonesia Bangkok akan dipindahkan ke area yang lebih aman. Menurut rencana pada saat itu ada 2 alternatif tempat pengungsian yaitu di Wat Arun atau di Rama Garden Hotel. Untuk WNI yang berstatus mahasiswa, proses pemindahan akan ditangani oleh Atdikbud. Berdasarkan komunikasi lewat telefon dengan Atdikbud, disebutkan bahwa transportasi pemindahan mahasiswa dari apartment ke tempat pengungsian akan ditanggung oleh KBRI. Tapi sayangnya saat kami menanyakan lebih lanjut tentang mekanisme evakuasi ini beliau belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut. Sedangkan untuk tempat pengungsian sementara, beliau menyarankan agar kami mencari informasi sendiri tentang tempat pengungsian yang sekiranya aman. Tempat pengungsian tersebut bisa di apartment mahasiswa Indonesia yang lain ataupun di hotel, tapi dengan biaya sendiri, dan nantinya kendaraan dari KBRI akan menjemput kami dari apartment dan mengantarkan sampai tempat tujuan. Jika kami tidak bisa menemukan tempat pengungsian, beliau bilang kami bisa tinggal di tempatnya. Sedangkan untuk WNI yang bukan home staff, local staff, guru SIB ataupun mahasiswa, mereka juga HARUS meninggalkan apartment ini tapi dengan biaya sendiri. Staff KBRI tersebut bilang kalau mereka masih akan rapat lagi malam ini untuk membicarakan lebih lanjut tentang proses evakuasi ini.
[caption id="attachment_146936" align="alignleft" width="344" caption="Ilustrasi-Pemrotes dari kelompok Kaus Merah tergeletak mati di jalan dekat kamp mereka di Bangkok, Rabu (19/5/2010)/Admin (AFP PHOTO/ MANAN VATSYAYANA)"][/caption]
Rapat WNI penghuni Athen apartment dibubarkan sekitar jam 19:00 dengan kesimpulan bahwa besok kami HARUS pergi dari apartment ini sebelum jam 10:00, meskipun proses pemindahan dan tempat pengungsian masih belum jelas. Mahasiswa-mahasiswa yang tinggal di Athen (yang berjumlah 8 orang) akhirnya memutuskan untuk mengadakan rapat lanjutan karena kami masih harus memikirkan alternative tempat pengungsian. Malam itu saya menelefon Ms. Kanchana, pegawai AUN/SEED-Net (JICA)-Chulalongkorn University, untuk menanyakan prosedur evakuasi yang disediakan oleh pihak universitas. Dia mengatakan bahwa kalau kami menghendaki untuk dievakuasi mereka akan mengirimkan tim rescuer yang terdiri dari sopir dan tentara militer yang akan membawa kendaraan untuk menjemput kami, memastikan clearance di setiap checkpoints (krn jalan di sekitar apartment sudah di blokir sehingga untuk sampai ke apartment kami mereka harus melalui beberapa checkpoints), dan menjaga keselamatan kami selama di perjalanan. Kami akan ditampung di asrama universitas yang terletak di dalam kampus dimana lingkungan sekitarnya juga sudah dijaga oleh tentara. Mekanisme evakuasi yang ditawarkan oleh pihak universitas terlihat berbeda sekali dengan mekanisme evakuasi yang disarankan oleh pihak KBRI yang saya rasa masih penuh dengan ketidakpastian. Akhirnya malam itu kami memutuskan kalau situasi di sekitar apartment benar-benar bertambah genting dan kami memang terpaksa harus mengungsi, kami memilih untuk mengikuti mekanisme evakuasi yang ditawarkan oleh pihak universitas saja.
Malam ini kami sudah menyiapkan koper berisi pakaian secukupnya dan surat-surat penting yang perlu dibawa. Suara tembakan dan letusan yang terdengar di kejauhanpun menjadi pengantar kami tidur.
Rabu, 19 Mei 2010
Berdasarkan berita, tentara militer Thailand sudah mulai bergerak untuk melakukan pembubaran demonstrasi ini sejak pagi tadi. Tank-tank tentara sudah masuk ke daerah Lumpini Park dan berhasil menembus barikade pertahanan demonstran kaus merah yang terbuat dari tumpukan ban bekas dan bambu runcing. Jl. Petchburi akhirnya ikut ditetapkan menjadi “No Entry Zone”. Sampai jam 10:00 tidak ada kabar dari pihak KBRI yang mengatakan apakah proses evakuasi jadi dilaksanakan atau tidak.
Kami (6 orang mahasiswa) memutuskan untuk berkumpul di satu kamar dan memantau keadaan melalui tivi dan internet. Saya ditelefon oleh Ms. Monthira dari International Affair of Chulalongkorn University yang ingin mengecek keadaan kami disini. Dia bilang melihat situasi saat ini, menurut dia pilihan terbaik adalah berdiam diri di rumah dan tidak keluar kemana-mana. Karena kalau kami memaksakan diri untuk dievakuasi, hal itu justru malah akan membahayakan keselamatan kami. Dia mengatakan kalau saat ini tim rescuer sudah bersiaga dan kalau dirasa perlu sekali mereka akan segera menjemput kami. Tapi untuk saat ini, pilihan terbaik adalah berdiam diri di rumah dan memantau terus perkembangan berita.
Menurut berita yang beredar di tivi dan internet, tentara sudah berhasil merusak barikade pertahanan kelompok demonstran di beberapa tempat. Tapi meskipun demikian, demonstran tetap melawan tentara. Akhirnya pada siang hari dengan alasan tidak mau menimbulkan korban lebih banyak lagi, sebagian pemimpin demonstran bersedia menyerahkan diri dan sebagian lagi melarikan diri. Namun hal ini justru menyulut kemarahan sebagian besar demonstran. Mereka melampiaskan kemarahannya dengan menjarah beberapa toko dan membakar beberapa tempat. Asap hitam membumbung tinggi dimana-mana dan suara tembakan serta ledakan juga semakin sering terdengar. Dari beranda apartment saya, sepertinya seluruh kota Bangkok diselimuti asap hitam. Bau ban yang terbakar terasa begitu menyengat kalau kita keluar ke koridor apartment. Juru bicara pemerintah, Panitan Wattanayagorn, memberikan pengumuman di televisi dan memberikan penjelasan tentang kondisi Bangkok sekarang. Beliau mengatakan bahwa meskipun sebagian pemimpin-pemimpin demonstrasi itu sudah menyerahkan diri namun keamanan di area Bangkok masih belum bisa dijamin dan untuk itu dia menghimbau (strongly advised) bahwa seluruh warga Bangkok TIDAK PERGI keluar rumah dulu.
Sekitar pukul 16:30, Atdikbud memberikan PERINTAH melalui telefon bahwa semua mahasiswa yang tinggal di Athen apartment HARUS siap dievakuasi 30 menit lagi. Saya jadi bingung, baru saja ada pengumuman dari pemerintah Thailand bahwa kita dianjurkan untuk tidak pergi dari rumah lha kok ini malah ada perintah yang menyuruh kita untuk pergi meninggalkan rumah. Sebagian dari kami, termasuk saya, memutuskan untuk tidak menghiraukan perintah dari Atdikbud tersebut. Saya cuek saja masih bersantai-santai di kamar sambil membaca update berita dari internet dan melihat tivi.
30 menit kemudian, tidak ada kendaraan dari KBRI yang katanya akan menjemput mahasiswa yang harus segera dievakuasi. Satu jam kemudian masih tidak ada kabar satupun dari pihak KBRI yang memberitahu apakah proses evakuasi yang DIPERINTAHKAN beberapa jam yang lalu itu jadi dilaksanakan atau tidak. Untung saja saya tidak bersiap-siap sejak awal tadi.
Sekitar 2 jam kemudian, Atdikbud menelefon dan mengabarkan bahwa beliau baru saja selesai rapat dengan pihak militer Thailand dan berdasarkan hasil rapat itu proses evakuasi kami tidak jadi dilakukan dan kami disuruh berdiam diri saja di rumah. Yah, kalau informasi seperti itu saja sih sudah kami dapatkan dari tadi melalui siaran di televise begitu pikir saya. Akhirnya malam itu meskipun situasi di Bangkok masih belum bisa dikatakan aman dan kembali seperti sedia kala, saya bisa tidur lebih nyenyak dari hari-hari sebelumnya.
bersambung ke bagian (3).... ^_^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H