Mohon tunggu...
Frieska Evita Ayurananda
Frieska Evita Ayurananda Mohon Tunggu... -

Mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di Bangkok

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kerusuhan di Bangkok (1)

21 Mei 2010   10:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:04 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_146699" align="alignright" width="298" caption="Pengunjuk rasa antipemerintah membakar ban di dekat persimpangan Pratunam di Bangkok, Rabu (19/5) pagi. (AFP)"][/caption]

Kerusuhan di Bangkok yang terjadi beberapa hari yang lalu menyita banyak korban jiwa dan juga menyebabkan kerugian material yang sangat besar. Menurut saya tidak ada yang menang dalam pertempuran ini dan kedua belah pihak sama-sama mengalami kerugian. Saya hanya berdoa semoga Krung Thep Maha Nakhon (Bangkok) bisa segera pulih, masyarakat Thailand bisa saling berdamai dan bisa kembali menjadi masyarakat yang ramah seperti yang saya temui beberapa tahun yang lalu.

Berikut ini adalah catatan harian saya yang sempat “terjebak” di apartment selama beberapa hari karena adanya peristiwa ini.

Kamis 13 Mei 2010

Hari ini akhirnya selesai sudah saya mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan prosedur kelulusan. Rencananya hari ini saya mau menghabiskan waktu untuk bersantai menikmati secangkir kopi di Grand Canyon Platinum Mall sambil membaca buku The Return of Sherlock Holmes yang belum sempat terselesaikan. Baru beberapa saat menikmati harumnya black coffee, terdengar pengumuman kalau Platinum Mall akan segera ditutup karena masalah keamanan. Sesaat setelah pengumuman itu, banyak warga yang berhamburan keluar dan saya baru tersadar kalau arus lalu lintas di depan Jl Petchburi padat sekali. Tanpa banyak berpikir sayapun langsung pulang dan mengakses internet untuk mencari tahu kabar terbaru hari ini. Pemerintah Thailand memutuskan untuk mengambil langkah-langkah tegas untuk mulai membubarkan demonstrasi yang dilakukan oleh kelompok United Front of Democracy against Dictatorship (UDD), atau yang lebih dikenal sebagai kelompok kaus merah, yang menduduki area Rajprasong sejak bulan Maret. Rencananya pemerintah akan memutus listrik, air dan sinyal telefon di sekitar daerah Rajprasong, membatasi akses transportasi dengan cara menempatkan blockade di jalan-jalan tertentu dan menempatkan checkpoints di titik-titik tertentu. Apartment tempat tinggal saya (Athen apartment) yang terletak di Jl. Petchburi Soi 11 juga terkena dampaknya karena Jl. Petchburi letaknya lumayan dekat dengan area Rajprasong dan termasuk salah satu jalan yang di blokir. Jadi setiap kali keluar kita harus melapor di checkpoint yang terletak di setiap perempatan (ujung jalan) dan menunjukkan kartu identitas.

Sekitar pukul 19:00 terdengar kabar bahwa salah satu pemimpin demonstrasi, Mayor Jenderal Khattiya Sawatdhipol atau yang lebih dikenal dengan nama Seh Daeng ditembak di kepalanya (link).

Malam itu bentrokan antara para demonstran dan polisi kembali terjadi di daerah Lumpini Park dan Sala Daeng dan memakan korban satu orang meninggal dan 10 orang luka-luka seperti yang diberitakan oleh koran Bangkok Post (link)

Jumat, 14 Mei 2010

Pagi ini Jalan Petchburi masih tetap di blokir, kawat berduri terlihat tergeletak di tengah jalan, polisi dan tentara juga terlihat siap siaga di checkpoints dan di beberapa titik tertentu. Meskipun demikian, kehidupan di sekitar apartment saya bisa dibilang berjalan seperti biasanya. Sepeda motor masih berseliweran, toko-toko makanan (seven-eleven) juga masih buka dan persediaan makanannyapun masih lengkap. Karena kampus saya (Chulalongkorn University) ditutup, saya memutuskan untuk tinggal di apartment dan memantau perkembangan keadaan dari internet. Saya mengikuti perkembangan situasi di Bangkok ini dari beberapa website seperti Bangkok Post, The Nation, CNN.

The Thai Report, facebook dan twitter. Saya mencoba membuka website KBRI Bangkok dan Deplu . Tapi saya TIDAK menemukan adanya pengumuman yang menghimbau WNI yang berada di Bangkok untuk menghindari daerah-daerah tertentu ataupun untuk mulai mengungsi. Saya juga TIDAK menemukan informasi mengenai nomor darurat yang bisa saya hubungi jika kerusuhan terjadi. Karena satu-satunya informasi yang bisa saya temukan adalah nomor telefon kantor KBRI Bangkok, sayapun memberitahu keluarga saya di Indonesia untuk menghubungi nomer tersebut jika kerusuhan terjadi dan nomer hp saya tidak bisa dihubungi.

Hari ini menurut berita, bentrokan masih terus terjadi antara para demonstran dan polisi serta tentara militer. Di daerah Sala Daeng para demonstran melemparkan petasan dan roket-roket buatan untuk menghalau helicopter yang terbang di sekitar area tersebut. Di daerah Lumpini Park dan Rang Nam, bus dibakar dan tembak-tembakan antara demonstran dan tentara juga berlangsung terus menerus. Suara tembak-tembakan dan ledakan terdengar cukup keras dari apartment saya karena daerah Rang Nam ini lumayan dekat dari area Petchburi. Pertempuran hari ini memakan korban tewas sebanyak 16 orang dan luka-luka sebanyak 141 orang (link).

Kameraman dari kantor berita France 24, Nelson Rand, dilaporkan terkena tembakan sampai tiga kali (link)

Kedutaan besar Amerika Serikat yang berada di Wireless Road dilaporkan tutup. Dan pihak kedutaan sendiri menawarkan evakuasi secara sukarela (voluntary relocation) bagi pegawai-pegawainya yang berada di daerah konflik.

Sabtu, 15 Mei 2010

Pertempuran masih terus berlangsung di daerah Rang Nam, Rajprasong, Din Daeng, Sala Daeng, Lumpini Park dan Rama IV. Kedutaan besar Jepang yang terletak di dekat Suan Lum Market meminta bantuan untuk mengevakuasi 100 orang pegawainya yang terjebak di sana (link).

Pertempuran hari ini menewaskan 22 orang dan melukai 172 orang (link).

Minggu, 16 Mei 2010

Pertempuran juga dilaporkan masih terus berlangsung di daerah Rang Nam, Rajprasong, Din Daeng, Sala Daeng, Lumpini Park dan Rama IV. Suara tembakan-tembakan dan ledakan sudah mulai tidak asing lagi di telinga. Asap hitam tebal yang diakibatkan oleh ban-ban bekas yang sengaja dibakar oleh demonstran terlihat membumbung tinggi di beberapa tempat. Daerah “No Entry Zone”, dimana seseorang boleh keluar dari area tersebut tapi tidak boleh masuk kembali sekalipun orang tersebut tinggal disitu, mulai diberlakukann di beberapa tempat. Jalan terdekat dari tempat saya tinggal yang terkena peraturan “No Entry Zone” ini adalah Jl. Phaya Thai.

Terus terang saya mulai merasa kuatir dengan keadaan ini, tapi masih merasa belum perlu untuk pindah ke tempat lain.

bersambung ke bagian ke (2)..... ^_^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun