Mohon tunggu...
frieda Sajidah
frieda Sajidah Mohon Tunggu... Mahasiswi S1 Jurnalistik Universitas Bengkulu

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Masjid Jamik Bengkulu: Jejak sejarah dan Karya Arsitektur Bung Karno

17 Maret 2025   21:01 Diperbarui: 17 Maret 2025   21:07 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Masjid Jamik Bengkulu adalah salah satu masjid bersejarah yang memiliki keterkaitan erat dengan Ir. Soekarno, proklamator dan presiden pertama di Indonesia, yang diasingkan ke Bengkulu oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1938. Awalnya, masjid ini hanyalah bangunan kecil yang kurang terawat dan tidak memiliki struktur yang kuat.

Melihat kondisi tersebut, Soekarno yang memiliki latar belakang arsitek dan insinyur merancang ulang masjid ini dengan gaya arsitektur khas yang memadukan unsur Melayu dan Islam. Dalam proses renovasi, Soekarno tidak hanya memberikan sentuhan estetika dan fungsionalitas yang lebih baik, tetapi juga melibatkan masyarakat setempat untuk gotong royong membangun masjid.

Hasilnya, masjid ini menjadi lebih kokoh, luas dan nyaman digunaakan sebagai tempat ibadah. Hingga kini, masjid jamik tetap menjadi salah satu ikon bersejarah di Bengkulu, tidak hanya sebagai tempat beribadah umat muslim, tetapi juga sebagai bukti perjuangan daan dedikasi Soekarno dalam membangun infrastruktur rakyat. Berlokasi di Jalan Soeprapto, masjid ini menjadi daya tarik wisata religi dan sejarah yang menarik perhatian wisatawan serta peneliti budaya dan arsitektur.

Sejarah dan Perpindahan Lokasi

Menurut catatan sejarah, Masjid Jamik Bengkulu pada awalnya berdiri di Kelurahan Bajak, yang berdekatan dengan makam pahlawan nasional Sentot Alibasyah Prawiradirja, seorang panglima perang dalam Laskar Pangeran Diponegoro. Namun, pada abad ke-18, masjid ini dipindahkan ke lokasi yang sekarang, yaitu di Jalan Soeprapto, Bengkulu.

Masjid ini berkaitan erat dengan masa-masa pengasingan Bung Karno sekitar tahun 1930. Ir. Soekarno, salah satu tokoh pergerakan di hukum buang akibat melanggar peraturan yang telah di keluarkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Dikarenakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda De Jonge mengeluarkan kebijakan baru dalam mempersempit ruang gerak untuk para pergerakan bangsa di bidang politik yaitu larangan berkumpul dan melakukan rapat dengan hukuman pelanggar berupa hukuman di buang atau di asingkan. Oleh karena itu, ia bersama keluarga di buang ke pulau flores pada tahun 1930, lalu pada 1938 dipindahkan ke Bengkulu.

Pada awalnya, Masjid Jamik Bengkulu bukanlah masjid yang langsung dibuat oleh Ir. Soekarno, melainkan merupakan sebuah bangunan kecil yang di kenal dengan 'Surau Lamo'. Menurut berbagai sumber terpercaya menyebutkan pula bahwa masjid ini sendiri dulunya berada di kampung Bajak atau disekitar lokasi makam pahlawan nasional Sentot Alibasyah. Namun dengan pertimbangan risiko banjir di kala musim hujan, maka masjid ini pun akhirnya dipindahkan ke Jalan Soeprapto. Setelah kemerdekaan Indonesia, masjid jamik terus di rawat dan beberapa kali mengalami renovasi untuk menjaga kelestariannya. Meskipun telah mengalami beberapa perubahan, desain pertama yang di rancang oleh Bung Karno tetap di pertahankan hingga kini.

Keunikan Arsitektur Bung Karno

Secara arsitektur, masjid ini memiliki perpaduan antara corak Jawa dan Sumatera. Perpaduan ini terlihat pada pilar-pilar, ukiran ayat-ayat  suci Al-Quran, berbagai pahatan yang berbentuk sulur-sulur yang bagian atasnya di cat kunig mas gading dan ornamen kayu di bagian kepala pilar-pilar masjid. Dalam sejarahnya, masjid ini dulunya di kenal sebagai Surau Lamo dan berdiri di kelurahan Bajak sebelum di pindahkan ke Jalan Soeprapto.

Masjid Jamik memiliki luas 1.860 m2 dan mengalami tiga kali renovasi hingga saat ini. Pada tahun 2004, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI menetapkan Masjid Jamik Bengkulu sebagai bangunan cagar budaya. Dengan sejarah dan keunikan arsitekturnya, Masjid Jamik tetap menjadi salah satu landmark penting di Kota Bengkulu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun