Mohon tunggu...
Frieda Amran
Frieda Amran Mohon Tunggu... -

Belajar antropologi di UI dan Leiden;penggagas, pendiri dan executive director WARISS (Warisan Insan di Selatan Sumatera); pengasuh rubrik 'Palembang Tempo Doeloe', Harian Berita Pagi (Palembang) dan penulis tetap untuk 'Wisata Kota Toea', Harian Warta Kota, Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Selendang Sutera

15 April 2013   19:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:09 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

lamat-lamat terdengar lagu "Selendang Sutera" yang dinyanyikan oleh entah siapa

.

bisikku, yang kukira hanya desah, rupanya terdengar ketika ia datang membawa letih dan luka di dalam hati dan di atas telaga biru itu, di dekat angsa-angsa yang masih saja bercumbu dan enggan menepi, matanya yang selalu saja memelukku, bertanya: 'ada apa?'

.

: aku tak punya selendang—tak juga selembar —dari katun atau pun sutera, untuk membalut luka

.

matanya, yang selalu saja memeluk dan menjawab bisik yang kukira hanya desah, tetapi  terdengar ketika ia datang membawa letih dan luka di dalam hati  di atas telaga biru itu, di dekat angsa-angsa yang masih saja bercumbu dan enggan menepi, berbisik pula

.

: aku pun tak punya belah rotan--pengganti selendang katun atau pun sutera—sebagai pengikat cinta

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun