Mohon tunggu...
Florit P. Tae
Florit P. Tae Mohon Tunggu... Lainnya - -

Menulis Artikel dan Opini

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Paskah; Matinya Kematian

1 April 2024   01:43 Diperbarui: 1 April 2024   02:23 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

PASKAH; PERISTIWA MATINYA KEMATIAN.

Oleh: Florit P. Tae, S. Th


Kenyataan yang merupakan Kebenaran yang paling utama dari Paskah adalah; Kematian tidak pernah permanen. Sebab, Kematian yang sebelumnya dimaknai sebagai konsekuensi logis dari dosa, kini berubah makna tatkala Yesus menempuh jalan kematian melalui jalan Salib.

Catatan kitab suci (Alkitab) menegaskan bahwa titik akhir dari manusia berdosa adalah mati (binasa). Kematian adalah kebinasaan total, sebab tidak ada konsekuensi dari dosa yang paling ekstrim selain kematian (kebinasaan). Oleh karena itu, satu-satunya cara Allah menyelamatkan manusia dari Kebinasaan ini adalah menempuh jalan kematian.

Memang, ada pertanyaan Apakah Allah bisa menyelamatkan umat manusia dengan Cara lain selain Tersalib dan Mati?
Jawabannya jelas, Ya. Pasti ada cara penyelamatan yang lebih sederhana tanpa harus menempuh jalan kesengsaraan yang menyakitkan. Tapi jelas tidak akan dilakukan oleh Yesus, sebab sekali lagi konsekuensi yang paling sentral dari dosa adalah kematian. Karena itu, Yesus mengambil alih konsekuensi yang paling menyakitkan itu. Jalan penderitaan, kesengsaraan dan kematian.

Ketika Yesus memasuki kuburan, serentak ia memasuki kerjaan maut, sebagaimana ditegaskan dalam pengakuan Iman "...menderita dibawah pemerintahan pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun kedalam kerajaan maut. Pada hari yang ketiga, bangkit pula dari antara orang mati...".

Frasa pengakuan iman Rasuli diatas, Jelaslah memberi penegasan bahwa kematian Yesus adalah perjalanan menuju kerajaan Maut. Pada satu Sisi, makna frasa "Turun ke dalam Kerajaan Maut" secara tegas menjelaskan bahwa kematian Yesus memiliki dampak Kosmik. Yesus mengerjakan karya perdamaian dan penyelamatan bagi segala makhluk yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.

Namun pada sisi lain, frasa di atas hendak menggaris bawahi keyakinan iman Kristen bahwa Jika Allah didalam Yesus memasuki kerajaan Maut pada saat Kematian-Nya, maka sesungguhnya tidak ada lagi otoritas kuasa maut di dalam kubur. Dengan demikian, tidak ada lagi kematian yang dikuasasi oleh maut.

Selanjutnya, Dengan berjalan memasuki kerajaan Maut, dan tindakan yang bersifat Kosmik ini, Yesus sedang melakukan karya pendamaian antara Allah dan Seluruh Ciptaan. Eben Nuban Timo misalnya, menguraikan dengan Apik demikian "Dengan turun ke dalam kerajaan maut, hendak ditunjukkan bahwa karya pendamaian Allah di dalam Kristus juga memiliki dampak kosmik". Artinya, pendamaian itu berlaku untuk kosmos secara keseluruhan, yakni  pendamaian itu disampaikan dan bahkan berlaku juga bagi kuasa-kuasa tidak  kelihatan yang adalah ciptaan Allah.

Kata Ibrani kerajaan maut adalah "sheol", bumi bawah. Itu adalah tempat siksaan dan kesengsaraan. Di sana manusia terpisah dari saudara-saudaranya dan terbuang dari hadapan Allah. Sheol adalah tempat manusia ada sebagai non-being karena terpisah dari sesama dan juga dari Allah. Hal ini menunjukan bahwa Betapa mengerikannya dosa itu. Ia mengirim manusia ke tempat non-being dan hidup

terpisah dari Allah selama-lamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun