Perjalanan yang tak tergantikan adalah bentuk pemahaman seseorang akan suatu hal baik dan buruk yang di rasakan atau di alaminya. Hidup tak pernah menjanjikan seseorang untuk menemukan emasnya sendiri; menjadi diri sendiri sebagai perihal jati diri dengan membangun relationship yang baik, ide yang idealis, komunikasi yang seimbang sehingga menjadikan hidup ini lebih hidup. Terkadang, cerita hidup kita kerapkali bertolak belakang dari apa yang kita impikan selama ini. Hal positif yang di ejawantahkan malahan sering di bantahkan oleh persepsi yang kurang sehat.Â
Sadar atau tidak sadar, kita adalah pemeran dalam drama kehidupan ini. Hidup dan cinta ibarat magnet yang saling tarik-menarik. Â Tak ingin terlalu terpuruk dalam hidup, cinta mengobatinya dengan rasa yang sederhana. Cinta untuk hidup, hidup untuk cinta. Berdua saling memenuhi dan saling membutuhkan.
Hari ini kita berpikir keras tentang matahari yang terlalu menyengat sedangkan mereka yang mengais dari sisa-sisa yang terbuang, masih merasa bahagia dan bersyukur sekalipun tak pernah di anggap, di jauhi, Â mereka terpinggirkan oleh dahsyatnya keramaian kota serta gemerlapnya harta sementara yang habis di jarah oleh kebohongan demi kebohongan para pembuat janji. Berjanji untuk menghidupi dan mencintai adalah hal yang tak mudah bagi mereka yang terlampaui sudah di atas langit kemewahan. Perasaan tak perlu lagi menjadi satu-satunya kunci untuk memahami tiap detail perjalanan hidup.
Cinta saja sudah cukup. Mencintai sambil memeluk kehidupan. Tangan untuk memberi dan kaki untuk terus berpijak menjalani semua roda kehidupan ini. Kita berjumpa dengan setiap karakter yang berbeda merupakan sebuah anugerah. Jatuh cinta pada hal yang sederhana; apa adanya, lusuh bahkan pengemis sekalipun tak akan pernah mengurangi identitas dirimu sebagai pribadi yang terlahir dan tercipta atas dasar cinta tanpa syarat yang menyatukan hakekat pribadi seseorang dalam bersanding dengan kerasnya kehidupan ini.
Apakah masih terlalu dini untuk mendefinisikan ego kita? Jalani saja hidup dan cinta ini layaknya matahari pagi yang selalu setia bersinar hingga terbenamnya yang kita sebut senja, indah di langit jingga. Â Tuhan sudah memberikan yang terbaik hingga semesta masih memeluk hidupmu dan cintamu.Â
Penulis : Fridolynus Sada ( Dolys S. )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H