Semakin bertambahnya angka di usia kita, semakin bertambahnya juga ujian kepada kita. Ujian datang kepada kita bisa berbentuk hal-hal yang pahit bahkan yang manis. Ujian yang satu belum selesai, ujian yang lain datang lagi, dan begitu seterusnya. Sebagai manusia kita tidak bisa menghindari ujian yang datang selama nafas masih berhembus, selama kaki masih bisa menapak, dan selama mata masih bisa memandang, ujian tidak akan pernah berhenti menghampiri kita. Karena, sejatinya hidup itu tentang menyelesaikan ujian.Â
Menjadi manusia dewasa ternyata tidak sebercanda itu. Berhadapan dengan ujian yang silih berganti dan harus dihadapi lalu diselesaikan, tidak malah menghindari atau bahkan pergi. Terkadang kita ketika dihadapkan dengan berbagai macam ujian, akan mengalami fase denial atau penolakan, menyalahkan orang lain , menyalahkan diri sendiri, dan lebih parahnya menyalahkan takdir.Wajar menurutku ketika kita sedang dalam fase belajar, fase menjadi manusia dewasa yang seutuhnya, ketika dihadapkan dengan ujian dan permasalahan yang silih berganti akan shock. Karena kita hanya manusia, nggapapa kok.
Beberapa waktu lalu aku mendengarkan kajian dari Ust.Hanan Attaki mengenai bab evaluasi diri, dijelaskan bahwa ketika kita sedang mendapatkan ujian, lebih baiknya kita berfikir bahwa itu adalah karena banyaknya dosa yang telah kita perbuat, sedangkan ketika orang lain yang sedang dihadapkan dengan ujian kita menyikapinya bahwa mereka akan diangkat derajatnya, jangan malah sebaliknya.Â
Karena, apa yang kita sedang alami itu merupakan hasil dari perbuatan kita sendiri. Sehingga, kita akan terus memperbaiki diri dan selalu mengevaluasi diri, mengambil pelajaran di setiap ujian yang Tuhan berikan kepada kita. Mungkin untuk lebih jelasnya bisa didengarkan ya di Youtube.
Mungkin kita selalu berfikir itu yang terbaik untuk kita, namun ternyata suatu saat yang terbaik menurut kita pergi meninggalkan kita, hilang, atau bahkan diambil yang lain.Sehingga, menyebabkan kita untuk merevisi segala rencana kita, menulis ulang rencana terbaik kita dan menyusun strategi yang tepat kembali.Â
Memang benar Tuhan mengubah,menghancurkan rencana kita sebelum rencana kita menghancurkan kita sendiri, iya karena Tuhan Maha Mengetahui apa Yang Tidak Kita ketahui. Tuhan lebih mengetahui apa yang terbaik menurut-Nya untuk diri kita. Kita adalah hanya sebatas wayang yang sedang memainkan perannya masing-masing, sedangkan Tuhan adalah Dalang dari segala dalang di muka bumi ini. Jika sudah begini sebagai wayang kita bisa apa?Â
Bersyukur sebanyak-banyaknya, berserah diri serendah-rendahnya, dan memohon ampun tanpa lelah di waktu ibadahmu. Kita tidak bisa memaksa apa yang sudah Tuhan gariskan kepada kita. Kita tidak berhak. Siapa kita? Tugas kita hanyalah menjalani, menikmati di setiap proses nya, meski itu sakit namun percayalah rencana Tuhan akan selalu Indah di waktu yang tepat .Â
Memang aku pun menyadari, manusia adalah letaknya terburu-buru,tidak sabar, ingin minta yang terbaik, tetapi lupa bagaimana caranya menjadi manusia yang baik di hadapan Tuhannya. Sadarkah kita selama ini? sudah sesering apa kening dan sajadahmu menempel hingga air mata menetes membasahi sajadahmu. Sudah seromantis apa kamu dengan Tuhanmu selama ini dalam hal memohon ampunan dosa. Bukankah selama ini kita terlalu sibuk meminta,meminta,dan meminta, namun lupa bagaimana caranya menjadi makhluk yang layak mendapatkan permintaan itu?Â
Belajar,belajar dan belajar adalah sebuah proses hidup hingga Tuhan akhirnya memintamu untuk kembali. Dewasa ini akhrinya aku memahami bahwa hidup itu adalah bagaimana kita bisa mengambil pelajaran di setiap ujian yang Tuhan berikan, yaitu pembejalaran agar kita peka terhadap kode-kode dan pesan-pesan cinta Tuhan yang diberikan kepada kita. Dan hidup itu tentang saling meninggalkan dan tergantikan, hingga akhirnya tersadar bahwa yang bisa bertanggung jawab atas diri sendiri adalah diri kita sendiri dengan kekuatan Tuhan yang selama ini kita hiraukan.Â
Jangan lelah untuk belajar dari setiap ujian yang diberikan kepada kita, bahwa di setiap ujian yang Tuhan berikan kepada kita adalah sebagai bentuk kasih sayang Tuhan kepada kita, sebagai proses pendewasaan kita. Dan segala sesuatu yang Tuhan akhirnya berikan kepada kita itu yang Terbaik menurut-Nya, karena Ia mengetahui apa yang tidak kita ketahui, dan Ia sangat dekat dengan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H