Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap liburan musim panas tiba, saya membawa anak-anak liburan ke Beijing dan Tianjin, China. Sebuah kepercayaan dan pengalaman yang menunjukkan kalau bos tidak memandang saya hanya sebagai "asisten" di dalam rumah saja. Mulai dari dokumen, persiapan dan perjalanan, bos menyerahkan sepenuhnya dalam tanggungjawab saya.
Membawa tiga anak di sebuah negara yang sangat jauh berbeda dengan Hong Kong, membuat saya tertantang untuk menunjukkan bahwa orang Indonesia bisa diandalkan. Di Hong Kong kami bisa dengan mudah berkomunikasi dalam bahasa Inggris, Cantonese, dan Mandarin. Di sini sudah seperti kampung sendiri seiring bertambahnya warga indonesia yang sudah mencapai 150 ribuan. Jauh sekali perbedaannya dengan di China. Orang-orang di sana mayoritas hanya mengenal satu bahasa, Mandarin. Jadi selama di sana dengan mandarin yang belum sefasih Inggris dan Cantone membuat saya harus mengandalkan bahasa perasaan dan kepekaan. Sendirian itulah yang menjadi kendala terbesar selama di sana. Jika di Hong Kong sehari berasa satu jam, di sana sehari berasa sebulan. Selain lingkungan, halangan keduanya adalah sulitnya berkomunikasi. Jangan mengharapkan bisa Facebokan, twiteran atau berselancar di google. Seakan ingin menunjukkan kekuatannya, pemerintah memblokir Google di China. Maka selama hampir sebulan di sana, saya hanya berharap pada dering hp yang berbunyi dari Indonesia. Terkadang, sms terhantar untuk mengurangi kerinduan. Sekalipun bertarif mahal, demi kebutuhan melupakan sebentar program pengiritan.
Namun, seperti halnya segala keadaan dalam hidup, pengalaman selama jauh dari komunitas keseharian ini juga memberi begitu banyak kesan dan kesempatan. Sejujurnya, di antara ratusan ribu teman seperjuangan saya termasuk yang beruntung karena mendapatkan kesempatan mengalami pengalaman yang beda. Rezeki yang luar biasa pastinya. Di samping jalan-jalan gratis, selama di sana saya banyak mendapatkan pembelajaran.
Terlebih lagi kami menggunakan kereta api dari Hong Kong ke Beijing. Selama 24 jam, berbaur dengan orang-orang baru, memiliki kesempatan untuk menikmati pemandangan sepanjang jalan yang membelah daratan Hong Kong menuju daratan China bagian utara. Pemandangan sepanjang jalan membuat saya lebih bersyukur menjadi orang Indonesia. Sekalipun di China segala hal murah, namun Indonesia lebih indah dan jauh menentramkan pastinya. Maka benarlah adanya jika dengan traveling sepulangnya dari perjalanan kita akan menjadi orang yang baru dan beda.
Kalaupun ada yang pantas ditiru dan diikuti adalah kesehajaan penduduknya. Di jalan-jalan yang lalu lintasnya lebih semrawut daripada Jakarta, orang-orang berdasi tidak gengsi mengayuh sepeda. Di sana juga jarang kendaraan impor bersileweran. Mereka benar-benar mencintai produk dalam negeri. Dan bukan rahasia umum lagi kalau orang-orang sana sangat lihai dalam meng-copi. Mulai dari makanan, kendaraan dan bahkan tata kota mereka bisa. Maka bos semalam berpesan agar tidak sembarangan membeli makanan.
Di antara perjalanan yang sudah-sudah, perjalanan kali ini lebih istimewa. Karena besok adalah hari yang bertepatan dengan awal ramadhan, maka buka puasa dan sahur saya lakukan di dalam kereta. Selain itu, sholat pun dilakukan sembari duduk karena terbatasnya tempat di dalam ruangan seluas 1.5*1.5 yang terdiri dari 6 ranjang susun. Selain itu, selama ramadhan di sana saya juga memiliki banyak waktu untuk diri sendiri karena tidak banyak pekerjaan yang harus dikerjakan. Selain jalan-jalan biasanya kami hanya menghabiskan waktu di rumah kerabat bos dengan menonton TV. Maka, saat anak-anak menonton saya bisa membaca, menulis dan melakukan hal-hal positip lainnya.
Semoga perjalanan kali ini lebih menambah keberkahan dan kenikmatan. Safari ramadhan di ranah yang tak mengenal Tuhan, menjadi pengalaman dan perjuangan yang membutuhkan banyak kesabaran.
Marhaban yaa Ramadhan....
Hong Kong, 20 Juli 2012
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI