Mohon tunggu...
Farhan Allafa
Farhan Allafa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Arsitek

Saya Mahasiswa Arsitektur Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Inovasi Mesin Pemarut Kunyit: Solusi Efisien Pelestarian Jamu Tradisional Di Era Modern

19 Januari 2025   00:05 Diperbarui: 19 Januari 2025   01:02 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa KKN R2 Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 2025 Desa Bakalan Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto

Mojokerto (13-1-2025). Jamu tradisional, minuman herbal khas Indonesia yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda, merupakan kebanggaan bangsa. Pengakuan ini juga memberikan semangat bagi pelaku UMKM yang setia memproduksi jamu, seperti Pak Saidi. Usahanya membuktikan bahwa produk lokal mampu bersaing dan diminati masyarakat.

Namun, Pak Saidi menghadapi tantangan dalam produksi, yaitu proses pemarutan bahan-bahan jamu yang masih manual. Proses ini sangat memakan waktu, menghabiskan berjam-jam setiap hari hanya untuk memarut bahan sebelum peracikan. Hal ini menyulitkannya memenuhi permintaan pelanggan yang terus meningkat.

Mesin Pemarut Kunyit
Mesin Pemarut Kunyit

Di tengah tantangan tersebut, hadir solusi inovatif dari Farhan Allafa, mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya yang sedang melaksanakan program KKN di Desa Bakalan, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto. Bersama timnya, Farhan berinisiatif mendukung UMKM seperti Pak Saidi untuk meningkatkan produktivitas sekaligus melestarikan nilai-nilai tradisional.

Hasil Parutan 1 Kilogram Kunyit
Hasil Parutan 1 Kilogram Kunyit

Farhan menciptakan mesin pemarut kunyit yang dirancang khusus untuk mempercepat proses pemarutan bahan-bahan utama jamu. Mesin ini mampu memarut bahan dalam waktu yang jauh lebih singkat dibandingkan metode manual, tanpa mengurangi kualitas hasil. Jika sebelumnya memarut kunyit 1 kg membutuhkan waktu 1 jam secara manual, dengan mesin ini hanya dibutuhkan 5 menit. Inovasi ini tidak hanya efisien, tetapi juga membuka peluang bagi pelaku usaha seperti Pak Saidi untuk meningkatkan kapasitas produksi secara signifikan.

Inovasi Farhan dan timnya membuktikan bahwa teknologi dan tradisi dapat berjalan beriringan, melestarikan budaya sekaligus menjawab tantangan zaman modern. Melalui mesin pemarut ini, Farhan menunjukkan bagaimana mahasiswa dapat berkontribusi langsung kepada masyarakat, menciptakan solusi berdampak nyata, dan mendukung pelestarian warisan budaya seperti jamu tradisional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun