Mohon tunggu...
Frey Immanuel
Frey Immanuel Mohon Tunggu... -

menulis dengan sederhana. \r\n var sc_project=11800296; var sc_invisible=0; var sc_security="c1965a9a"; var scJsHost = (("https:" == document.location.protocol) ? "https://secure." : "http://www."); document.write("");

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cewe Kece di Basement Dua -part 1-

7 September 2012   10:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:48 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seperti biasa setiap jam 12.oo WIB saya dan rekan kerja satu ruangan saya istirahat makan siang di kantin. Kantin tidak jauh dari kantor, hanya terpisah beberapa lantai saja, tepatnya di basement 2 (selanjutnya saya sebut B2). B2 merupakan kantin yang disediakan di gedung kantor di daerah kota. Yah, tempatnya sederhana dan cenderung kumuh, tapi bukan berarti makanan jorok dan ga enak. Justru karena ramainya pengunjung, banyaknya pedagang, sempitnya tempat dan ruangan yang tidak terurus saking ramainya lah yang membuat tempat itu tampak kumuh. Dan, seperti biasa juga nuansa keramaian seperti pasar tradisional membuat kami kesulitan mencari tempat duduk, berdiri beberapa menit dan mencari-cari celah adalah satu-satunya jalan untuk berebut tempat makan.

Setelah sekitar beberapa menit, akhirnya dapat juga tempat duduk, kami bertiga bergantian menjaga posisi bangku dan bergantian membeli makan siang kami agar tempat tidak diambil orang. Kebetulan kami bertiga duduk berjejer, saya berada di tengah. Setelah mengambil makan dan siap menyantap nasi dan teman-temannya, tiba-tiba pandangan pun teralihkan oleh gerak-gerik salah seorang teman, sebut saja Djarwo. Djarwo terlihat membeku, hampir semua badannya tak bergerak kecuali jarinya yang tidak henti-hentinya memencet tombol-tombol kecil di BB nya. Sibuk dengan BB sih masih hal yang wajar, yang tidak wajar adalah tatapan matanya tidak mengarah ke BB yang dipegangnya, ia menatap ke arah jam 2. Perlahan-lahan ku lihat kemana arahnya memandang, liat makanan enak kali atau supir yang sedang ngisep puntung rokok? pikirku. Eh ternyata ada cewe kece persis di depan ku persis. Pantes aja Djarwo ga berkedip.

Entah siapa nama cewe kece itu, jangan tanya dulu. Penampilannya cenderung sederhana, dengan kaos hitam dan jeans biru merupakan pemandangan biasa. Tapi di balik rambutnya yang dikucir tinggi dan poninya yang panjang hampir menutupi setengah pipinya menyimpan aura ke-kece-an. Ayu kalo orang jawa bilang. Mata belo dan bibir tipisnya menambah segar hidangan saat itu. Saking segarnya Djarwo sampai lupa menyantap makan siangnya. Dari cara bicara dan gerakan tegasnya, dia jelas orang yang bekerja di lapangan. Di tambah lagi sepatu kets C*nvers* itemnya yang bikin dia keliatan sporty. Ah, Djarwo dari sekian banyak cewe di gedung ini, kenapa dia sih?

Djarwo masih saja BBMan, walo tu nasi di depan uda di rubungi laler. Di sebelah kanan saya si Maudy, tampak tidak terusik dengan keadaan sekelilingnya, Maudy terlalu fokus dengan nasi padang dipiringnya. Hanya sesekali melirik. Mungkin juga dia ga peduli, secara dia cewek, cuwek, dan uda kaya ibu-ibu jutek. Hehe. Nah, yang keki justru saya. Gimana ga keki, mau ketawa liatin aksi Djarwo ntar dikira gila. Mau kasitau Maudy tentang Djarwo takut dikerok pake garpu. Apa boleh buat, saya cuma bisa nahan ketawa sambil salah tingkah ga bisa menikmati makanan di depan. Eh, cewe kece yang di depan malah pindah posisi di depan Djarwo, ada beberapa alasan yang masih jadi misteri kenapa si cewe kece pindah bangku.

Alasan 1: mungkin si cewe kece mikir "eh, cowo depan gue cakep amat sih, jadi salah tingkah deh, mending pindah aja ah biar ga malu"

Alasan 2: Gara-gara saya yang salah tingkah ni cewe mikir "idih, amit-amit ni cowo kog tingkahnya aneh banget sih, makan kog sambil nari balet?!"

Alasan 3: mungkin karena liat Maudy makan dengan lahapnya "ih, ini cewek apa monster?? jangan-jangan gue dimakan juga nih, pindah ah, ngeri!"

Alasan 4: karena di kursi sebelah lebih longgar kali ye

dan alasan-alasan lainnya, yang pasti saya tidak akan mengakui alasan apapun berhubungan dengan Djarwo! haha!

bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun