Analisis Perbandingan Sistem Pendidikan Amerika Serikat dan Korea SelatanÂ
Â
Prestika Ridiawati , Mauliza Elina , Puspita Winda Anafri, Weni Junita
1,2,3,4 Program Studi Pedagogi Sekolah Pascasarjana Universitas Lancang Kuning 1,2,3,4 Jl. Yos Sudarso KM. 8 Rumbai, Pekanbaru, Riau, telp. 0811 753 2015 e-mail: prestikarm@gmail.com 1 maulizaelina.dayun@gmail.com 2 puspitawindaanafri@gmail.com 3 wenijunita388@gmail.com 4
Â
Secara umum, meskipun kedua negara memiliki kekuatan dan kelebihan masing-masing dalam sistem pendidikannya, keduanya juga menghadapi tantangan serius. Amerika Serikat perlu bekerja untuk meningkatkan akses pendidikan yang lebih adil dan terjangkau, sementara Korea Selatan perlu mengurangi tekanan dan kompetisi yang berlebihan agar siswa dapat berkembang lebih sehat dan seimbang.
Di Amerika Serikat, sistem pendidikan cenderung lebih fleksibel dan berfokus pada pengembangan kreativitas, keterampilan berpikir kritis, serta kemampuan individu. Siswa didorong untuk mengeksplorasi minat mereka, mengambil beragam mata pelajaran, dan mengembangkan kemampuan di luar akademis. Pendidikan tinggi di AS juga terkenal dengan pilihan universitas berkualitas yang menawarkan program-program inovatif dan penelitian. Namun, sistem ini juga memiliki kekurangan, terutama dalam hal ketidakmerataan akses pendidikan dan biaya kuliah yang sangat tinggi, yang dapat membatasi peluang bagi siswa dari latar belakang ekonomi rendah.
Sementara itu, Korea Selatan memiliki sistem pendidikan yang sangat kompetitif dan berorientasi pada prestasi akademik. Negara ini terkenal dengan tingkat disiplin dan tekanan tinggi yang dihadapi siswa dalam mencapai nilai tertinggi dan diterima di universitas-universitas bergengsi. Budaya belajar di Korea Selatan menekankan kerja keras, dan banyak siswa menghabiskan waktu berjam-jam di sekolah dan pusat bimbingan belajar. Hasilnya, siswa Korea Selatan sering menempati peringkat tinggi dalam tes internasional seperti PISA. Namun, tekanan ini juga membawa dampak negatif, seperti tingkat stres yang tinggi, kurangnya keseimbangan hidup, dan masalah kesehatan mental di kalangan siswa.
Menurut pendapat Prestika Ridiawati berdasarkan mengamati artikel atau jurnal tentang system pendidikan di Amerika dan Korea Selatan yaitu sistem pendidikan di Amerika Serikat menekankan pada pembelajaran praktis yang menggabungkan pelajaran dan aktivitas kehidupan nyata. Program seperti "Inspired Science"dirancang sekolah untuk melibatkan semua siswa melalui kunjungan virtual, podcast, teks dan interaktif. Sedangkan sistem pendidikan di Republik Korea terdiri dari satu hingga tiga tahun masa prasekolah dan taman kanak-kanak, enam tahun sekolah dasar, tiga tahun sekolah menengah pertama, tiga tahun sekolah menengah atas, empat tahun sekolah tinggi atau universitas, yang juga menawarkan kuliah-kuliah pascasarjana untuk memperoleh gelar.
Menurut pendapat Puspita Winda anafri, Kedua Negara ini memiliki pendekatan yang berbeda dalam manajemen satuan pendidikan, yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan sosial masing-masing. Korea Selatan menekankan pada pencapaian akademis dan keseragaman, sementara Amerika Serikat lebih mengedepankan inklusi dan keberagaman. Meskipun pendekatan yang berbeda ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, penting untuk belajar dari praktik terbaik satu sama lain. Korea dapat mengambil inspirasi dari fleksibilitas dan inovasi dalam pengajaran di AS, sementara AS dapat mempertimbangkan aspek disiplin dan standar tinggi yang diterapkan di Korea. Dalam dunia yang semakin global, kolaborasi dan pertukaran ide antar negara akan menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas pendidikan di seluruh dunia.
Menurut pendapat Mauliza Elina, Pendidikan anak sekolah diKorea tidak seindah seperti film drama Korea. Karena tingkat stres anak2 yg dilingkup sekolah formal di Korea durasinya sangat panjang tkt dasar dan SMP saja mulai jam 7 sampai 5 sore, sedangkan untuk tingkat SMA mulai jam 8 sampai pukul 10 malam, sehingga tingkat stres anak lebih banyak terjadi apalagi pendidikan agama kurang jadi prioritas di korea, termasuk peluang kedekatan siswa dengan keluarga kecil mereka serta tetangga terdekat dilingkungan rumah mrk sangat2 minim. Sehingga menambah pemicu tkt stres anak2 dikorea, bahkan banyak yg melakukan bunuh diri karena tidak sanggup dengan tekanan-tekanan tugas, tuntutan disekolah. Sedangkan  pendidikan untuk negara AS lebih banyak pada pengembangan diri dan penuh terbuka dan sarat dg toleransi, apalagi mapel yg diwajibkan hanya 4 mapel. Jadi siswa disana lebih enjoy dan masih banyak waktu mengembangkan kreatifitas dll apalagi didukung dengan tekhnologi canggih,serta ada tutornya juga sehingga bagi siswa yg belum memahami mapel karena dibimbing oleh tutor, dll,namun sama dg Korea di AS untuk pendidikan agama sangat minim, karena di AS model pendidikan mengedepankan toleransi yg tinggi dan mngedepankan pembebasan berfikir bertindak, maka untuk siswa di AS rentan dg pergaulan bebas narkoba dan kehidupan LGBT dari tahun ketahun mningkat sangat signifikan 5,6% fi tahun 2020.