Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menggagas Filsafat Menafsir Politisi Sebagai ‘Filsuf’

30 April 2015   06:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:32 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

MENGGAGAS FILSAFAT MENAFSIR POLITISI SEBAGAI ‘FILSUF’

OLEH

FR. YUDEL NENO

ANGGOTA FORUM AEROPAGITA SEMINARI TINGGI SANTO MIKHAEL PENFUI KUPANG

A.PENDAHULUAN

Filsafat adalah ilmu tentang mencintai kebijaksanaan. Apa saja yang ada sebagai realitas dijadikan sebagai titik pijak dilakukannya pencarian filosofis guna menemukan kebenarannya.  Pencarian filosofis dalam bentuk apapun tidak pernah menempatkan manusia sebagai pemilik kebenaran. Manusia dalam segala keterpecahannya tidak mampu memiliki kebenaran melainkan ia hanya mampu mencintai kebenaran. Inilah kiranya konsep kebijaksanaan filosofis manusia. Setiap manusia menjadi bijaksana karena mereka mencintai kebenaran sebagai prinsip hidup. Kebenaran yang dimaksudkan di sini adalah persesuaian antara apa yang diketahui dengan apa yang ada dalam realitas. Misalnya pengetahuan tentang hakikat politik itu baik maka pengetahuan yang benar ini mesti membimbing praktek politik secara baik dan benar. Keseimbangan antara pengetahuan dan praktek hidup secara baik dan benar melahirkan figur-figur yang mencintai kebijaksanaan; figur-figur yang bertolak dari kedalaman pengetahuan menuju pada kebijaksanaan hidup praksis.

B.FILSAFAT

Berbicara tentang filsafat, ada dua hal penting yakni Filsafat sebagai Ilmu dan Filsafat sebagai pandangan hidup atau way of life. Filsafat sebagai ilmu berkaitan dengan aspek kognitif pada tataran teoretis dan filsafat sebagai pandangan hidup berkaitan dengan keseluruhan hidup pada tataran praksis. Kebijaksanaan hidup adalah satupadu secara harmonis antara ilmu dan hidup praksis.

C.POLITIK SEBAGAI RUANG PUBLIK

Menurut Filsuf Hannah Arendt dan Habermas, politik disebut sebagai ruang publik bagi segala aktifitas keterlibatan intersubeyektif melalui komunikasi yang saling terbuka. Maka, berpolitik berarti perwujudan atau seni diri memberikan kontribusi pembelajaran bagi subyek lain dalam ruang publik.

D.POLITISI SEBAGI FIGUR PUBLIK

Politik sebagai ruang publik konsekuensi logisnya setiap politisi adalah figur publik. Ruang publik sebagai wadah keterlibatan intersubyektif, konskuensi logisnya setiap politisi saling memandang segabai sesama subyek dalam komunikasi politik yang terbuka, bukan sebagai obyek yang mesti dibinasakan. Setiap politisi adalah figur publik bukan hanya karena dikenal umum melainkan lebih dari itu harus mengenal dan memiliki ‘rasa publik’. Rasa publik berarti rasa pengutamaan kepentingan umum atau kesejahteraan umum sebagai tujuan tertinggi, sebagaimana kedalaman rasa hati setiap orang adalah mencapai kenyamanan hidup.

E.FILSAFAT MENAFSIR POLITISI

Politik era kini terjerembab dalam imets yang buruk. Politik diidentikkan dengan hal kotor. Sebab aktifitas politik lebih banyak sarat penipuan, sarat praktek politik uang, politk kekuasaan serta black campaign. Para politisi yang berkecimpung dalam dunia politik lebih banyak berlaku sebagai manager perusahaan politik sehingga banyak kali nasib rakyat menjadi proyek yang meguntungkan bagi tebalnya kantong elitisisme kekuasaan politik (penguasa-pengusaha). Fenomen ini berhasil menjerat masuk asumsi publik tentang politik yang pada prinsipnya ‘luhur’ menjadi sesuatu yang kotor.

Menyaksikan fenomen ini, filsafat hadir sebagai ilmu dan pandangan hidup, menawarkan prinsip-prinsip filosofis guna menafsir setiap aktifitas para politisi.

a.Kritis

Kritis berarti tajam dalam membuat distinksi atau perbedaan. Seorang politisi yang kritis selalu membuat analisis yang mendalam dan mengkaji perbedaan-perbedaan bukan sekedar untuk disatupadukan tetapi terhadap setiap perbedaan mesti dinyatakan sikap selektif untuk menerima atau menolak dengan alasan-alasan yang dapat dipertangunggjawabkan. Misalnya terhadap politik uang atau politik transaksional, sikap kritisnya adalah menolak dengan penjelasan ialah politik uang atau politik transaksional merongrong martabat manusia karena kebebasan untuk memilih dijerat dalam lingkaran materialistik dan kelak akan berimbas pada jayanya kebijakan-kebijakan transaksional.

b.Logis

Logis berarti masuk akal atau menangkap sesuatu yang tampak apa adanya dan dimengerti tanpa ada kontradiksi di dalamnya. Di sini berkaitan dengan prinsip kausalitas atau sebab-akibat. Seorang politisi mesti memiliki logika yang kuat ketika berhadapan dengan masyarakat yang sarat pragmatis-hedonistik. Apa yang diusul-sarankan oleh masyarakat tentang keberhasilan dalam susksesi politik dan kebutuhan-kebutuhan mereka bisa saja terdapat kontradiksi di dalamnya. Misalnya masyarakat membutuhkan perbaikan infrastruktur tetapi demi terwujudnya keinginan ini figur tersebut mesti diusahakan untuk menang dalam suksesi politik dengan cara apapun termasuk politik uang atau money politik dan black campaign. Hal ini berarti ada kontradiksi antara tujuan yang ingin dicapai dengan cara yang ingin dipakai.

c.Sistematis

Segala sesuatu selalu teratur atau kronologis secara konsptual dan secara praksis. Apa yang dimengerti sebagai sistematis adalah kinerja yang mesti berlaku dalam hidup bersama. Segala sesuatu ditata menurut ruang dan porsinya. Jika tiba giliran kebijakan untuk perhatian khusus terhadap para petani, aturlah secara teratur, berikan kepada meraka menurut porsi mereka. Terhadap pemanusiaan manusia Indonesia seutuhnya dan seluruhnya, berikanlah perhatian yang merata menurut porsi walaupun dalam tahapan-tahapan waktu dan program.

Kinerja kerja ditempuh secara sistematis berarti kinerja taat pada sistem yang disepakati bersama. Merobohkan sistem berarti menciptakan ruang dan peluang bagi para politisi atau penguasa untuk bertindak semau gue. Misalnya praktek korupsi banyak kali berjalan lancar karena pembobolan keutuhan sistem disiplin organisasi menjadi sistem kekerabatan ala pragmatis dan hedonistik yang berlaku antara kepala atau ketua dengan bendahara atau antara penentuk kebijakan dengan pengelola keuangan.

d.Radiks

Menyelidiki sesuatu hingga menemukan apa yang paling mendasar. Seorang politisi jika menghadapi isu sosial tentang dirinya atau tentang segala hal yang berkaitan dengan hidup dan karyanya, mesti melakukan kajian lebih mendalam untuk menemukan kebenarannya. Apa sesuatu itu diungkapkan karena benar atau karena dilanda kekecewaan dan ketidakpuasan. Lemahnya sikap penyelidikan mendalam oleh seorang politisi menjerembab politisi masuk dalam suatu lingkaran sikap menyerah sebelum bertarung. Sikap menyerah total tanpa mengetahui persis letak kesalahan atau letak kebenaran merupakan sikap membeo yang ada pada burung beo. Politik terjerembab dalam aktifitas politik ‘penyerahan nilai tanpa syarat’. Begitu nilai diserahkan kepada gosip, nilai akan berubah bentuknya menjadi penjajah dengan wajah baru kekerasan terhadap manusia, entah secara fisik maupun mental.

e.Komprehensif-Koherensif

Setiap sesuatu merupakan uraian-uraian lengkap, mendalam dan berkesinambungan dengan yang lainnya.  Politisi dan aktiftas politik  memiliki relasi yang resiprokal. Resiprokal berarti keduanya saling mengandaikan. Tanpa salah satunya, yang lainnya sulit dipahami secara komprehensif dan koherensif. Politisi berkaitan dengan figur atau aktor yang mendalami nilai-nilai. Aktifitas berkaitan dengan tindakan perwujudan nilai-nilai. Sehingga politik sebagai ruang publik merupakan ruang perwujudan diri politisi; mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan melalui setiap aktifitas politik.

f.Applicable

Filsafat bukan sekedar ilmu hafal kata atau konsep. Filsafat memiliki dimensi praksis yang dapat diterapkan dalam hidup praksis. Inilah kiranya maksud filsafat sebagai way of life. Filsafat menafsir politisi berarti filsafat menjadikan politisi sebagai wadah atau sarana untuk mewujudkan hakikat kebijaksanaannya dalam kehidupan praksis secara bersama. Filsafat menjadi sesuatu yang berguna melalui perwujudan diri para politisi. Walaupun para politisi tidak menjadi sebagai filsuf dalam arti yang tegas; menguasai konsep-konsep filosofis secara komprehensi dan koherensif, sekurang-kurang dapat menjadi seorang filsuf sebagai pencinta kebijaksanaan dalam setiap aktifitas politik.

F.POLITISI SEBAGAI ‘FILSUF’

Politisi sebagai ‘filsuf’ berarti hidup dan karya para politisi mestinya merupakan rentetan-rentetan titik kebijaksanaan yang menghargai titik-titik kulminasi relasi sebagai relasi komunikatif-intersubyektif. Filsafat menjadi pandangan hidup yang mengarahkan hidup praksis dengan prinsip-prinsipnya yang telah disebutkan dalam tulisan ini.

G.PENUTUP

MENGGAGAS FILSAFAT MENAFSIR POLITISI SEBAGAI ‘FILSUF’. Tulisan ini merupakan kajian filosofis untuk memberi makna yang positif terhadap para politisi. Filsafat sekiranya tidak hanya menjadi bahan pergelutan bagi mereka yang studi khusus ilmu filsafat tetapi disadari manfaatnya bagi siapa saja dalam kehidupan bersama secara khusus para politisi. Setiap kita mesti menjadi ‘filsuf’ dalam menafsir dan membedah realitas dan setiap persoalan sosial. Politisi sebagai ‘filsuf’ tidak dalam pengertian bahwa para politisi haruslah merupakan orang-orang khusus yang belajar ilmu filsafat tetapi dalam pengertian bahwa orang-orang yang benar-benar menghayati fisafat atau kebijaksanaan dalam hidupnya, sehingga hidunya menjadi berkat bagi yang lain, bukan menjadi batu sandungan. Disadari bahwa banyak ilmu sosial bukanlah sebagai ilmu filsafat tetapi ilmu-ilmu itu justeru menimbulkan persoalan-persolan filosofis yang mau tidak mau mesti dikaji oleh ilmu filsafat.

PENULIS ADALAH

MAHASISWA SEMESTER VIII FAKULTAS FILSAFAT

UNWIRA PENFUI-KUPANG

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun