Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Pertama Sekolah

7 Juli 2016   08:57 Diperbarui: 7 Juli 2016   09:58 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh

Yudel Fon Neno

Hari berganti hari akhirnya tibalah waktu untuk kembali pada aktifitas sekolah. Hari pertama sekolah adalah hari penentu untuk hari-hari selanjutnya. Para peserta didik berdatangan penuh kegembiraan. Ada yang datang bersama orang tua adapun yang datang sendirian. Setelah sekian lama berlibur di kampung halaman, kini kembali ke sekolah bertemu dengan kawan-kawan sekolah. Sebagai guru pun turut bergembira karena melihat mereka datang dengan gembira.

Selain itu, saya juga memperhatikan bagaimana cara mereka mengungkapkan rasa rindu terhadap kawan setelah sekian lama waktu berlibur. Ada yang berjabat tangan sambil senyum, tertawa. Ada yang menepuk bahu kawan dan ada juga yang saling berpeluk-pelukkan sebagai tanda keakraban di antara mereka. Saya mendekati beberapa siswa lalu bersenda gurau dengan mereka. Kami tertawa terbahak-bahak karena ada yang menceritakan pengalaman lucu dalam suatu waktu liburan. Adapula beberapa orang tua mengungkapkan rasa kegembiraan mereka karena ternyata ada perubahan sikap dan tingkah laku anak selama liburan.

Saya mendekati beberapa orang tua lalu saya bertanya kepada mereka, “Ibu, mengapa datang mengantar anak ke sekolah. Apakah tidak ada kesibukan lain.” Dengan penuh senyum, ibu itu menjawab, “ini tugas kami sebagai orang tua. Kami mengantar mereka sekaligus bisa membangun komunikasi bersama bapak/ibu guru di sini terutama tentang hal, sikap dan perbuatan anak-anak kami. Hemat kami, ini tanggung jawab kita bersama. Kami sebagai orang tua merupakan pendidik dan pembina pertama dan terutama dalam keluarga. Datang mengantar anak ke sekolah ini merupakan ungkapan kasih sayang yang nyata. Kami memang mendukung mereka dengan perhatian material, menasehati mereka tetapi ungkapan kasih sayang melalui kehadiran nyata seperti ini jauh lebih penting.” Saya benar tertegun dengan ungkapan orang tua ini. Lalu saya menceritakan pengalaman pendampingan terhadap beberapa anak yang pada akhirnya berhenti sekolah karena menurut mereka kurangnya dukungan orang tua melalui kehadiran yang nyata seperti ini.  

Menyaksikan kesibukan yang berbeda-beda dari berbagai anak yang sedang membereskan administrasi sekolah, ada beberapa siswa yang datang menghampiri saya lalu mengucapkan selamat. Dengan penuh gembira, saya menepuk-nepuk bahu mereka satu persatu. Beberapa di antara mereka merasa senang karena guru-guru yang menanti kedatangan mereka penuh gembira. Persiapan-persiapan yang dilakukan entah di sekolah maupun di asrama penuh situasi baru. Selain itu juga, mereka bertemu dengan peserta didik yang baru. ‘Kami senang karena kami mendapat lagi teman baru, tandas Noverius.”  Selain itu juga, hari pertama ini  merupakan penentu untuk langkah selanjutnya. Awal yang baik adalah kekuatan yang dahsyat,” lanjut lagi Novi.

Saya juga memperhatikan beberapa orang tua yang merasa gembira karena melihat anak mereka memasuki ruang kelas. Beberapa guru berjalan bersama dengan beberapa siswa menuju ruang kelas sambil bercerita. Keindahan mengitari kompleks sekolah selain karena lingkungan sekolah yang indah karena penataan taman-taman tetapi juga karena pakaian pakaian seragam sekolah yang serba baru dan bersih. Kepala sekolah pun tak kalah gembiranya. Kenyataan yang paling menggembirakan adalah hadirnya orang tua mendampingi anak-anak di hari pertama sekolah dan sambil itu mereka bertemu dengan guru-guru pendamping kelas untuk membangun komunikasi bersama terkait hidup dan karya anak-anak mereka di sekolah.

Sebagai wali kelas, saya bertemu dengan anak-anak binaan saya. Saya melakukan pengecekkan sejauh mana persiapan untuk mengikuti pelajaran. Hampir semuanya memiliki bolpoint baru, buku tulis baru dan juga beberapa memiliki buku-buku pembelajaran baru. Semua yang serba baru ini pertanda bahwa mereka memiliki semangat yang baru di hari pertama sekoklah. Hal yang menarik adalah pada sampul buku tulis dari seorang siswa tertulis beberapa uangkapan,” barang siapa yang mulai tanpa persiapan, bersiap-siaplah untuk gagal. 

Barang siapa yang gagal dalam melakukan persiapan akan gagal juga dalam mencapai hasil. Barang siapa yang mulai tanpa persiapan akan berakhir juga  tanpa kehormatan”. Ungkapan ini memang menarik. Dan memang benar bahwa membangun budaya persiapan itu perlu, tandas saya kepada anak-anak.” Lalu saya mengelilingi beberapa kelas sambil memperhatikan aktifitas mereka. Ada yang menceritakan pengalaman-pengalaman menarik kepada kawan-kawan, ada juga yang mengawali pertemuan dengan permainan-permainan inspiratif.

Beberapa orang tua setia menunggu anak-anak mereka hingga waktu sekolah usai. Ada orang tua yang ikut pula mengantar anak-anak ke asrama, ada juga yang membawa pulang anak-anak mereka.

Inilah pengalaman singkat saya sebagai seorang guru, ketika berada dan mengalami situasi anak-anak bersama dengan orang tua di saat hari pertama sekolah.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun