Kami berjalan menyusuri jalan berbalutkan kekeringan sepanjang pinggiran jalan. Angin kencang meniup datang, seolah tengah mencari mangsa di siang hari.
Siang itu, sekembali dari mencicipi bakso, kami beriringan, hendak kembali ke pastoran. Sontak terhenti di persimpangan jalan, Pastor Kanis Oki, Deken Mena, Keuskupan Atambua, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur, mengajak kami mengunjungi seorang Opa yang sudah lama menderita sakit stroke dan koma. Nama Opa itu, Alexander Ais, berumur 80-an tahun. Ia ditemani oleh Sang Kekasihnya; seorang Oma, yang juga tak lagi cekatan dalam urusan orang sakit sekelas sakitnya Opa Alex.
Kami tiba di sana, disapa penuh ketulusan dan kesederhanaan. Oma tua itu, lekas sibuknya menyiapkan kursi, sambil tatapannya terarah kepada Opa Alex. Opa Alex, sesempit mungkin membuka matanya, sambil bertanya dengan suara tipis; siapa yang datang. Begitu ia tahu, bahwa ia dikunjungi oleh Pastor, sejenak diam, lalu meneteskan air mata bercampur gembira. Luar biasa. Kehadiran membawa sukacita.
Menatap Opa Alex dalam baring tak berdaya, sungguh siapapun dia, haru pasti muncul. Perjumpaan antara haru dan gembira menandakan, hidup perlu peduli, dan butuh saling melengkapi.
Opa Alex hanya kelemahan fisik, dan sungguh tak berdaya. Ia tahu kalau Pastor mengunjunginya, dan sementara bertatap muka dengannya. Tak jelas katanya apa, tetapi yang pasti, pesona matanya yang mulanya lunglai, perlahan bersinar.Â
Tubuhnya yang kaku mulanya, mulai bersandar lentur di sebuah kursi tua, beralaskan bantal.
Pastor Kanis, tahu itu. Ia telah menyiapkan itu sebelumnya. Dengan senyum khas, pada telapak tangan kanan Opa Alex, Pastor Kanis menyisipkan permintaan Opa Alex.Â
Kepada Oma pun sama sikap itu. Luar biasa. Perhatian yang adil, diringi senyum yang tulus merupakan ekspresi iman yang paling tepat, tatkala setiap gembala berjumpa dengan domba-domba yang tak berdaya.
Bagi orang-orang sakit, kondisi mereka menggerakkan hati kita untuk sampai pada mereka, ada bersama mereka, dan sedapat mungkin memenuhi sebagian, walaupun kecil, dari apa yang mereka butuhkan.Â