Seusai pulang dari kebun, ayahku membaringkan diri pada sebuah tikar tipis berlapis abu. Ayahku capek karena seharian membanting tulang. Lagian ibuku sebelum berbaring pada sebuah balai-balai tua, doa-doanya menikam dalam demi tanah yang subur, garapan ayahku.
Pada tikar tipis itu, tergeletak tubuh sang ayah. Aku menelusuri arti dan makna. Mungkin ayahku capek tetapi sebetulnya tubuh ayahku merangkai makna tentang apa arti tetap sederhana di balik bekerja keras.
Ibuku pun sama. Ia hanya menempatkan dirinya pada tempat yang berbeda namun tetap dalam kesederhanaan yang sama.
Aku jatuh cinta pada pikiran sederhana yang membahasa lewat tubuh ayah dan ibuku.
Aku mencintaimu, ayahku, ibuku, tikarku dan balai-balai ku yang sederhana
Lolobot, 20/10/19
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H