Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merayakan Bulan Oktober sebagai Bulan Rosario Patung Bunda Maria Bertakhta di Rumah Adat Uma Mau Bein

16 Oktober 2019   23:30 Diperbarui: 16 Oktober 2019   23:40 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok.pribadi: Rumah Adat Uma Mau Bein, Lingkungan Toleon, Paroki Santa Maria Fatima Betun

Bulan Oktober ditetapkan sebagai bulan Rosario oleh Paus Leo XIII. Bulan ini dibaktikan secara khusus untuk Bunda Maria, sebagai bentuk penghormatan umat Katolik kepada Bunda Maria dengan berdoa Rosario.

Dengan berdoa Rosario, umat Katolik merenungkan kisah-kisah Yesus, yang hidup dalam doa dengan menempatkan Bunda Maria sebagai tokoh sentral, yang atas kesediaannya, Putera Allah lahir dan hidup bersama dengan umat Manusia di dunia ini.

dok.pribadi: Uma Adat Uma Bein
dok.pribadi: Uma Adat Uma Bein
Dalam rangka merayakan bulan Oktober sebagai bulan Rosario, Paroki Santa Maria Fatima Betun, menempuh suatu kebijakan rohani di mana Bunda Maria diarak dari Lingkungan ke Lingkungan.

Saya terkesima ketika tiba di satu Lingkungan yakni Lingkungan Toleon,  Desa Umanen Lawalu, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, Propinsi NTT, Rabu, 16/10/19.

dok.pribadi: Rumah Adat Uma Mau Bein, Lingkungan Toleon, Paroki Santa Maria Fatima Betun
dok.pribadi: Rumah Adat Uma Mau Bein, Lingkungan Toleon, Paroki Santa Maria Fatima Betun
Menariknya ialah umat Lingkungan Toleon, menempatkan Bunda Maria, bertakhta di Rumah Adat Uma Bein.

Saya perhatikan dengan sungguh, di samping pintu masuk rumah adat, ditempel sebuah gambar Bunda Maria menggendong Yesus Puteranya.

Kelihatannya sederhana, namun sesungguhnya membahasakan suatu makna mendalam bahwa pada prinsipnya dapat ditarik suatu titik antara adat dan Gereja.

Gereja, karenaya misinya mewartakan kabar gembira maka adat pun dipandang sebagai medan bagi Gereja untuk merajut kerja sama yang baik antara para tokoh Gereja dan tokoh adat.

dok.pribadi
dok.pribadi
Gereja tidak membenci adat tetapi sebagai orang beriman, pola rangkap iman atau dualisme iman patut dihindari. Para tokoh adat pun tidak perlu memandang Gereja sebagai batu sandungan karena memang antara adat dan Gereja itu berbeda. Boleh dikatakan, praktek adat sudah ada jauh sebelum Gereja masuk dalam kehidupan umat manusia.

Lama sebelum umat manusia masuk berdoa dalam Gereja-Gereja, umat manusia dalam sejarah telah lama menjalankan praktek adat.

Pada akhirnya, saya ingin menyatakan, berdasarkan kenyataan seperti di atas, sebetulnya menunjuk pada suatu pemahaman para tua adat, para kepala suku tentang pentingnya penghormatan akan Bunda Maria dalam tata keselamatan umat manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun