Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan Pastoral, Berbeda Itu Titik Awal bagi Pendewasaan Diri

30 Juli 2019   20:36 Diperbarui: 30 Juli 2019   20:51 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehari (30/07/19) sebelum berakhirnya Orientasi Diakonat (Ordik) 2019 para Diakon Keuskupan Atambua, Pater Vincent Wun, SVD, Vikaris Jenderal (Vikjen) Keuskupan Atambua memberikan catatan pastoral bagi para Diakon. Banyak hal disentil oleh Mantan Provinsial SVD Timor itu.

Adapun kedelapan Diakon, peserta Orientasi Diakonat, sebagai berikut : Diakon Yosef Prayogar Fallo, Pr (tempat praktek diakonat di Paroki Halilulik), Diakon Jefriston Benyamin Ndun, Pr  (tempat praktek diakonat di Paroki Seon), Diakon Yudelfianus Fon Neno, Pr (tempat praktek diakonat di Paroki Betun), Diakon Desiderius Ludgerus Saba, Pr (tempat praktek diakonat di Paroki Manufui), Diakon Yustus Nipu, Pr (tempat praktek diakonat di  Paroki Wemasa), Diakon Dalmasius Saunoah, Pr (tempat praktek diakonat di Paroki Lurasik) dan Diakon Gregorius Robby Kiik, Pr (tempat praktek diakonat di Paroki Katedral Atambua).

Satu poin yang menarik ialah tentang perbedaan dalam medan pastoral. Pater Vincent menyatakan bahwa para Diakon harus sadar bahwa ada perbedaan. Ada perbedaan antara pastor paroki dan pastor pembantu; ada perbedaan antara pastor tua dan pastor muda; ada perbedaan antara pastor senior dan pastor yunior.  Semua perbedaan itu harus disadari dengan baik. Menyadari adanya perbedaan merupakan titik awal bagi pendewasaan diri.

sumber gambar : sbelen.wordpress.com : Pater Vincent Wun, SVD, Vikaris Jenderal (Vikjen) Keuskupan Atambua
sumber gambar : sbelen.wordpress.com : Pater Vincent Wun, SVD, Vikaris Jenderal (Vikjen) Keuskupan Atambua
Lantas, Pater Vincent sembari mengutip teks Kitab Suci, Injil Yohanes, 20:1-10, menyatakan bahwa Murid yang lain itu berlari lebih cepat Petrus dan ia sampai lebih dahulu ke kubur Yesus, tetapi ia tidak masuk. Petruslah yang lebih dahulu masuk setelah ia sampai di kubur itu, karena Murid yang lain itu tahu bahwa Petruslah yang kepala.

Apa yang ditandaskan Pater Vincent, menarik untuk direfleksikan bahwa kecepatan tidak selalu berarti harus melangkahi yang lain. Kecepatan yang baik akan berarti jika ada semangat tahu diri.

Seringkali ada perbedaan antara yang tua dan yang muda, tetapi harus selalu ingat bahwa di atas bumi masih ada langit. Yang muda boleh lebih cepat, tetapi ia perlu berhenti sejenak untuk belajar. Yang tua boleh lamban, tetapi yang muda perlu belajar filosofi kelambanan bahwa seringkali ketelitian yang baik, butuh kelambanan yang tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun