Keuskupan Atambua dalam rangka memeriahkan Pertemuan Pastoral (Perpas) Regio Nusa Tenggara (Nusra) ke-XI 2019 di Atambua, mulai 22-27 Juli 2019, turut serta menyelenggarakan Pameran Ekonomi Kreatif yang bertempat di sekitar lokasi Keuskupan Atambua.
Salah satu stand yang cukup menarik perhatian adalah stand milik umat Paroki Betun, Kabupaten Malaka.
Saya terkesima ketika mengunjungi stand ini karena rupa-rupa tenun, hasil karya masyarakat Betun, dengan berbagai motif dipamerkan di sana. Mulai dari warna redup yang tenang hingga warna terang yang mencolok.
Keindahan terpancar dari kain, mengandung makna bahwa dari warna-warni yang ada, mampu diracik menghasilkan keindahan yang luar biasa.
Sungguh indah bila hidup bersama dihayati sebagai karunia dari Yang Kuasa. Dari perbedaan menghasilkan keindahan. Keindahan memang syaratnya ialah perbedaan. Keindahan adalah buah yang matang dari perbedaan.
Kehidupan inipun banyak warna-warninya. Dari tenunan, hasil karya manusia, setiap kita hendaknya belajar, terutama bahwa sesuatu yang indah hanya dapat dihasilkan dari upaya yang serius.
Motif-motif yang berbeda mengingatkan kita akan etnis-etnis yang berbeda pula. Dari segala perbedaan, keindahan mampu menyatukan cara pandang kita. Keindahan memang melampaui ruang dan waktu. Yang indah, ada dalam ruang dan dalam waktu tetapi sekaligus melampauinya.
Aristoteles mengatakan keindahan bukanlah benda melainkan cara pandang benda. Benar demikian. Itu berarti kita pola pikir menjadi syarat untuk keindahan. Sesuatu bisa dipandang indah dan lebih utama, kalau yang dipandang itu dihayati dalam hidup.