Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jika Ya, Katakan Ya, Jika Tidak, Katakan Tidak

26 Maret 2019   14:36 Diperbarui: 3 Juli 2021   17:44 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengalaman menunjukkan betapa pentingnya kejujuran dalam karier (sangpencerah.id)

Jika ya hendaklah kamu katakan ya jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, sebab apa yang lebih dari itu berasal dari si jahat (Mat. 5:37). Kejujuran berkaitan erat dengan kemampuan untuk mengatakan sesuatu yang benar. Benar dalam arti apa yang diungkapkan sesuai dengan realitas atau apa yang ada dalam realitas itulah yang diungkapkan melalui pernyataan.

Seseorang, apabila seusai ia mencuri, lalu ditanya dan ia menyangkal, itu berarti ia tidak jujur. Disebut tidak jujur karena apa yang dikatakannya tidak sesuai dengan apa yang dilakukannya.

Kita temukan dalam hidup bersama, terdapat begitu banyak pejabat yang terlibat dalam kasus ketidakjujuran berupa korupsi, kolusi dan nepotisme. Berita-berita bohong juga seringkali dimainkan untuk menjatuhkan pamor pihak tertentu. Tidak sedikit juga yang ingin mencari aman dengan berkata atau berlaku tidak jujur.

Ada kasus lain juga berupa rekayasa bukti-bukti keuangan demi mencari nyaman atas kekeliruan, atau kesalahan yang telah dilakukan sebelumnya. Semuanya ini, kita lalui bersama, mengingat bahwa yang hidup di dunia ini, yang memimpin di dunia ini, ialah manusia biasa yang rapuh.

Pengalaman menunjukkan betapa pentingnya kejujuran dalam karier. Kalau ada seseorang yang berlaku tidak jujur, yang pertama-tama, dalam hati nuraninya, ia selalu merasa tidak nyaman. Yang kedua, pasti ada penyesalan. Yang namanya manusia, mau sekeras apapun, rasa tidak nyaman, dan rasa penyesalan tetap ada dalam dirinya.

Kejujuran jangan pernah dilakukan karena suatu keterpaksaan; kejujuran jangan pernah dirasakan sebagai suatu yang datang dari luar. Kejujuran ialah kebajikan yang matang dari dalam hati nurani.

Pemimpin yang jujur, iapun tidak sombong. Ia pun tidak mau memanfaatkan rakyatnya demi keuntungan dirinya sendiri. Pemimpin yang jujur, ia mampu mengatakan sesuatu yang benar, dan berani mengatakan sesuatu yang salah, serta mengakui kesalahannya.

Di sini, kejujuran tidaklah memadai kalau diperlakukan dengan munafik atau jujur untuk mencari popularitas diri. Kejujuran merupakan suatu kebajikan yang tercermin dari dalam, karena itu tidaklah pantas kalau orang kemudian jujur supaya ia dipuji atau jujur untuk mencari muka dengan pemimpinnya atau dengan rakyat pemilihya.

Mari menjadi pemimpin yang jujur dan memilih pemimpin yang jujur. Jujur adalah pangkal kepercayaan. Pemimpin yang jujur, ia dipercaya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun