Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Taat itu Tidak Buta

25 Maret 2019   14:11 Diperbarui: 25 Maret 2019   14:24 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin kita pernah mendengar ungkapan taat buta. Ungkapan ini biasanya dilontarkan ketika kita taat tanpa mengetahui apa alasan untuk taat. Patut diingat bahwa ketaatan itu tidak buta. Ketaatan memiliki mata. Ketaatan adalah buah yang matang dari kebebasan.

Syarat bagi taat adalah bebas. Jika orang berada dalam tekanan, sesungguhnya ia tidak taat karena ia ditekan atau dikekang. Ketaatan akan rumit untuk ditemukan keasliannya, apabila ia berada dalam kekangan.

Ketaatan sebagai buah yang matang dari kebebasan, ingin saya reflesikan setelah melewati sekian banyak jabatan dan tugas. Seringkali terjadi bahwa kita pura-pura taat untuk pimpinan hanya untuk mendapatkan jabatan ataupun untuk mencari titik aman.

Saya tidak ingin membahas semuanya tentang ketaatan. Yang ingin saya bahas dalam bagian ini ialah bagaimana ketaatan seseorang terhadap pelaksanaan tugasnya.

Sebagai seorang pemimpin  yang cukup makan garam, seringkali ketaatan yang tulus dari rekan-rekan kerja membuat saya banyak belajar. Ada yang memang taat sungguh-sungguh, sampai-sampai bisa lupa makan atau lambat pulang rumah demi menjalankan tugas yang dipercayakan kepadanya. Banyak juga fenomen lainnya yang dapat kita petik maknanya tentang ketaatan.

Taat berarti setia. Banyak hal, praktek dan pekerjaan membutuh kesetiaan. Orang yang setia, ia mempertaruhkan hidup dan kariernya sungguh-sungguh, tidak sekedar untuk mendapatkan jabatan ataupun mendapatkan upah dan nafkah kehidupan, melainkan lebih dari itu, dengan taat, ia menegaskan dirinya sebagai pribadi yang bermartabat. Orang yang taat, ia menegaskan martabatnya sebagai pribadi yang berharga di hadapan tugas dan pekerjaannya.

Sebagai seorang pemimpin, taat sangatlah penting dalam menjalankan tugas dan pekerjaan. Seorang pemimpin yang tidak taat terhadap tugasnya, akan jelas kelihatannya pada konsentrasi dan prioritas tidaknya dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya.

Seringkali rasa kecewa membuat kita tidak taat pada tugas dan pimpinan. Normal saja, maklumlah, yang namanya manusia, ia tidak sempurna. Tetapi sikap seperti ini jangan terus dipupuk menjadi suatu kebiasaan yang berurat-akar dalam setiap tugas dan pekerjaan.

Jika seseorang membiaskan diri untuk tidak taat terhadap tugasnya, sesungguhnya, baginya kejatuhan telah dekat; kegagalan telah di ambang mata. Taatlah, yang penting dengan bebas, bukan paksaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun