Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tiada Kemuliaan Tanpa Salib

17 Maret 2019   16:52 Diperbarui: 17 Maret 2019   17:19 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah transfigurasi ini menunjuk jelas dan tegas bahwa tugas pelayanan terhadap umat manusia erat kaitannya dengan kemuliaan dan penderitaan. Dalam masa prapaskah ini, kita merenungkan bahwa penderitaan yang dialami Yesus bukanlah batu sandungan bagi kita untuk terus menggaungkan kemuliaan diri-Nya.

Memang kita tidak perlu menderita sama persis seperti derita Salib Yesus pada waktu itu. Tugas kita sekarang ialah sebagaimana telah ditandaskan oleh Bacaan dalam Kitab Kejadian dan Filipi.

Begerak menurut perintah Allah untuk menghasilkan keturunan, khususnya bagi mereka yang hidup berkeluarga, menghasilkan keturunan rohani melalui pembaptisan dan pewartaan, mempersembahkan yang terindah dan murni bagi Allah, seraya memaknai setiap derita hidup sebagai situasi di mana iman kita diuji coba.

Tugas kita ialah bukan menjadi seteru terhadap Salib Kristus, sebab jika demikian, kesudahan kita ialah kebinasaan, tuhan kita ialah perut kita sendiri, kemuliaan kita ialah aib kita sendiri, pikiran dan kita semata-mata hanya tertuju pada perkara-perkara duniawi.

Karena itu, saudara-saudara yang kukasihi dan yang paling kurindukan! Sebagai para pengikut Kristus, mari kita mengubah tubuh kita yang fana ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasaNya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.

Kita adalah saudara, sekalipun  derita itu sudah di depan mata. Kita tetap saudara, sekalipun kita terus menderita dalam hidup. Ingatlah bahwa penderitaan bukanlah akhir dari kemuliaan, penderitaan ialah pintu bagi kemuliaan.

Tiada Kemuliaan tanpa Salib, tiada paskah tanpa Jumat Agung, kelak Kubur Kosong bukan Omong Kosong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun