Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

ILC dan Situasi Politik Saat Ini

28 Januari 2019   12:01 Diperbarui: 21 Februari 2019   05:01 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kaltim.tribunnews.com

Masyarakat Indonesia pada umumnya tidak lagi asing dengan acara talk show yang ditayangkan pada channel tvone yakni Indonesia Lawyers Club (ILC). Kalau kita perhatikan, khususnya jumlah tontonan pada youtube, kita segera tahu betapa familiarnya acara talk show ini di kalangan masyarakat.

Belakangan ini, acara talk show yang dipandu oleh Karny Ilyas ini, memainkan peran yang cukup penting dalam kancah perpolitikan, khususnya demi memacu dan mengasah perhatian dan komitmen publik terhadap kedua sosok calon presiden yakni Jokowi (petahana) dan Prabowo.

Saya mengikuti betul, umumnya apapun tema yang dikaji, siapapun pembicaranya, ujung-ujungnya selalu ada kaitan dengan kinerja pemerintahan sekarang. Terkesan, ada semacam permainan ide dan fakta untuk menyita perhatian publik dengan titik sorot melemahkan pihak tertentu ataupun saling melemahkan di antara para pembicara dan narasumber.

Patut diperhatikan, acara talk show ini memang bertujuan untuk membagikan informasi dan pengetahuan terhadap publik terkait dengan masalah hukum dan kriminalitas tetapi perlu diindari adalah ILC tidak boleh menjadi ruang dengan kemasan halus untuk memkampanyekan sosok tertentu apalagi mendiskredtikan sosok tertentu.

Hemat saya, belakangan ini, ILC menjadi salah satu wadah bagi seluruh masyaraat Indonesia untuk menimba informasi dan pengetahuan tentang hukum, politik dan isu sosial lainnya. Tokoh-tokoh yang dihadirkan di dalamnya pun, umumnya berkompeten dalam bidangnya. Ada juga praktisi-praktisi entah dalam bidang hukum maupun politik.   

Menurut hemat saya, hingga kini ILC masih menampilkan tokoh-tokoh yang sama. Saya sendiri tidak bisa menghitung berapa kali tampil, sosok seperti Rocky Gerung, Fadli Zon, Fahri Hamzah, Effendy Gazali, Budiman Sudjatmiko, Boni Hargens dan beberapa tokoh lainnya. Tentu tokoh-tokoh ini tidak diragukan tetapi bahaya yang tidak terhindarkan adalah pola pikir merekapun tidak dapat dihindari dari sikap politis mereka, dalam arti keberpihakan mereka pada paket atau calon yang mana, akan sangat mempengaruhi pola pikir mereka saat berbicara di depan publik.

Dalam situasi politik seperti ini, kehadiran tokoh-tokoh yang sama, apalagi dengan pola pikir dan kecenderugan politis mereka yang mulai ketahuan oleh publik, sangat berpotensial untuk muncul bahaya berikutnya yakni masyarakat bisa kehilangan kepercayaan terhadap ILC karena frekuensi pembicaraan dan kecenderungan tiap pembicara terkesan lebih mementingkan pihaknya dan meremehkan pihak lain. Tentu membutuhkan suatu penelitian yang khusus untuk sampai tingkat membenarkan kehilangan kepercayaan masyarakat, tetapi hemat saya, ILC yang diduduki oleh tokoh-tokoh cendekiawan bangsa ini, mesti sampai pada perrhitungan seperti ini.

Mengapa saya angkat persoalan ini? Karena menurut hemat saya, krisis politik zaman ini adalah krisis tentang kepercayaan. Kehilangan kepercayaan terhadap sesuatu atau seseorang, efeknya lebih besar daripada rasa ingin tahu dari seseorang atau dari sesuatu. Kalau orang sudah kehilangan kepercayaan terhadap seseorang atau sesuatu, ia tidak akan lagi berminat untuk mengikutinya.

Walaupun Rocky Gerung terus mengumandangkan tentang perayaan akal sehat tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa seringkali kehilangan kepercayaan, daya terobosnya lebih kuat untuk bertahan daripada pertimbangan akal sehat. Untuk membedakannya, cukup sederhana, kalau orang yang benar-benar memiliki akal sehat, ia masih mendengarkan pembicaraan ataupun pertimbangan dari pihak lain. Jika masuk akal, akan ia terima. Tetapi kalau orang sudah kehilangan kepercayaan, dalam arti yang paling esktrim, apapun yang dibicarakan, atau apapun yang ditampilkan tidak menarik baginya.

Kajian seperti seperti di atas menjadi penting, mengingat bahwa tidak semua masyakrakat Indonesia benar-benar menggunakan akal sehatnya walaupun mereka memiliki akal budi, lagipula, tidak semua masyarakat Indonesia mengenyam pendidikan (yang lebih tinggi) untuk mematangkan akal sehatnya. Karena itu, anjuran saya, siapapun pembicaranya, apapun yang dibcarakan, dan media apapun digunakan, semuanya mesti benar-benar digerakkan oleh motivasi yang murni sebagai bentuk pengabdian untuk menumbuh-kembangkan manusia Indonesia secara seluruhnya dan seutuhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun