Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mahal Harganya tetapi Tidak Boleh Murah Rasa Solider Kita

21 Januari 2019   11:37 Diperbarui: 21 Januari 2019   12:00 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : viva.co.id

Beberapa waktu terakhir ini, netizen dihebohkan dengan sosok Vanessa Angel yang terseret dalam kasus prostitusi online. Berbagai komentar dan meme pun tak kalah saingnya mempertontonkan kasus VA. Salah satu komentar dan meme yang berkembang adalah sekali kencan bersama VA tarifnya 80 juta.

Berita termukhir, VA telah dinaikkan statusnya dari saksi menjadi tersangka. Walaupun asas praduga tak bersalah berlaku dalam status ini tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa berdasarkan bukti-bukti yang kuat, ada kemungkinan untuk VA dinaikkan lagi statusnya menjadi terdakwa.

Saya sendiri membayangkan, bagaimana kondisi bathin VA dalam situasi dan kasus yang menjerat dirinya. Terhadap kasus yang mejerat VA ini, publik ibarat cacing kepanasan. Berbagai komentar dipolakan, berbagai meme dirancang, berbagai tulisan dimuat di media-media. Bahkan VA sendiri mengaku bahwa ia tidak mendapat dukungan yang penuh dari keluarganya sendiri.

Hemat saya, kasus yang menjerat diri VA, memang perlu menempuh proses hukum. Negara ini negara hukum karena itu apapun pelanggaran yang dilakukan dan siapapun orangnya, ia mesti dihukum.

Yang patut diperhatikan adalah setiap warganegara jangan memperparah kondisi ini seolah-olah problem ini adalah masalah internasional yang membuat negara Indonesia terkesan tak berdaya.

Diakui bahwa masalah ini terkait erat dengan problem martabat manusia. Dan justru karena masalah ini terkait dengan martabat manusia, maka tidaklah sepadan kalau ada berbagai cara sindiran dengan tingginya efek sosial, bertendensi memecah konflik dalam kalangan warganegara.

Ada komentar yang mengatakan, sekali coblos 80 juta. Ada juga yang mengatakan mendingan sekali goyang 80 juta daripada digoyang-goyangin terus, cuman diterima janji-janji aja.

Hemat saya, praktek penjualan diri seperti ini, berapapun harga sekali kencannya, melambung setinggi apapun; ada prinsip bahwa harga kencan boleh melambung tetapi martabat diri justru jadinya murahan. Dan inilah persoalan terbesar bangsa ini, bahwa martabat manusia diperlakukan murahan bahkan lebih murah daripada harga barang.

Tentunya kondisi VA perlu didukung dalam arti, supaya ia kuat menjalankan proses hukum dan terlebih siap menanggung resiko sosial dari publik. Tetapi sebagai warganegara Indonesia, sikap solider terhadap siapapun pelanggar hukumnya mesti tetap dipupuk. 

Hukum boleh berjalan, kesalahan boleh diproses seadil-adilnya, tetapi cinta terhadap setiap pelanggar hukum mesti tetap dipupuk. Sebab pada prinsipnya, negara ini adalah negara Pancasila, yang mengutamakan tentang cinta kasih terhadap Tuhan dan cinta kasih terhadap sesama sebagai pedoman normatif dan patokan orientatif yang paling berharga.

         

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun